BAB II
ISI
2.1
Pendidikan Akhlak
a.
Pengertian Pendidikan Akhlak
Akhlak
berasal dari bahasa Arab, yang artinya berarti perangai, tabiat, watak dasar,
kebiasaan, sopan dan santun agama.[2]
Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair
mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, mengklaim kata tersebut
memang begitu adanya. Kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaianya
di dalam al-Qur’an maupun Hadits sebagai terlihat berikut:
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
(Q.S. Al-Qalam, 66:4).
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya:
“(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebasaan yang dahulu”. (Q.S.Al-Syua’ra,
26:137).[3]
Adapun
menurut istilah para ahli, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Para ahli
mengemukakan berbagai pendapat tentang pengertian akhlak.
Al Ghazali mendefinisikan,
akhlak adalah suatu sikap (bay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang dirinya lahir
berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan
terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan
jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak
yang buruk.
Dr.
Ahmad Amin mengatakan bahwa “akhlak ialah menangnya keinginan dari beberapa
keinginan manusia dengan langsung dan berturut-turut”.
Khuluk
ialah keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
memerlukan kepada pemikiran dan penelitian.[4]
Berdasarkan
penelitian diatas dapat diketahui bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau
kejadian jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan secara spontan
atau tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran atau suatu keadaan yang
tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara
langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran. Keadaan jiwa itu,
adakalanya merupakan sifat alami yang didorong oleh fitrah manusia untuk
melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya.
Definisi-definisi
akhlak secara substansial tampak saling melengkapi, dan kita dapat melihat
ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
(1)
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
(2)
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
(3)
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
(4)
Sejalan dengan ciri yang ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau karena ingin
mendapatkan sesuatu pujian.
Adapun induk seluruh akhlak dan yang merupakan sendi-sendinya itu
ada 4 yaitu:
(1)
Hikmah
(2)
Keberanian
(3)
Kelapangan dada dan
(4)
Keadilan
Hikmah
ialah suatu keadaan yang dengannya itulah dapat ditemukannya hal-hal yang benar
dengan menyisihkan mana-mana yang salah dalam segala urusan yang dihadapi
secara ikhtiariah.
Keberanian
adalah keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dilahirakan
atau dikekang.
Kelapangan
dada ialah mendidik kekuatan syahwat
atau kemauan dengan didikan yang bersendikan akal fikiran serta syari’at agama.
Keadilan
ialah suatu kekuatan dalam jiwa yang dapat membimbing kemarahan dan membawanya
ke arah yang sesuai dengan hikamt dan kebijaksanaan. Ada kalanya dikekang dan
semua ini dengan mengingat keadaan dan suasana yang sedang dihadapinya.
Dari
keempat macam sendi-sendi pokok itulah timbulnya semua akhlak yang baik dan
terpuji. Al-Qur’an telah mengisysratkan perihal akhlak-akhlak ini dalam
memberikan sifat kepada kaum mukminin, sebagaimana firman Allah:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ
هُمُ الصَّادِقُونَ
Artinya: “Bahwasanya
orang-orang mukmin aialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya,
kemudian tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwanya untuk
sabilillah. Mereka itulah orang-orang yang benar”. (QS. Al-Hujarat:15)
Akhlak
merupakan suatu sikap yang melekat pada jiwa seseoran yang melahirkan
perbuatan-perbuatan yang berdasarkan keimanan dan pilihannya baik dan buruk,
terpuji dan tercela. Dengan demikian
akhlak termasuk suatu bidang ikhtiar manusia yang dapat diubah dari jahat
menjadi baik dan dari yang bak menjadi jahat.[5]
2.2
Pembinaan Kebersihan
a.
Pengertian
Kebersihan
menurut agama islam adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungan
dari segala yang kotor dan yang keji untuk mewujudkan dan melestarikan
kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan juga bersumber dari iman dan
merupakan bagian dari iman.
Kebersihan
menurut kamus Indonesia adalah berasal dari kata bersih yang artinya tidak
kotor, bebas dari kotoran, tidak tercampur dengan benda atau sesuatu yang lain
dan tidak ternoda. Sedangkan kebersihan menurut wikipedia bahasa indonesia
adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, bau dan sampah.
Seringkali kita melihat murid-murid yang membuang
sampah sembarangan. Beberapa kali bapak ibu guru menasehati kepada murid-murid
agar membuang sampah pada tempatnya, akan tetapi apa kenyataannya murid-murid
tidak mematuhinya. Tentu kita sebagai warga sekolah tidak mau melihat sampah
berserakan dimana-mana. Sampah tadi juga dapat mencemari lingkungan sekolah
baik di dalam kelas maupun diluar kelas selain itu juga dapat menjadikan
suasana belajar kita tidak nyaman.
b. Langkah-Langkah Pembinaan Kebersihan
Demi
tercapainya lingkungan yang bersih dan nyaman, perlu sekali dilakukan tindakan
yang bersifat mengajak kesadaran kita untuk menjaga kebersihan dan bersifat
mengatasi masalah di atas. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:
1.
Siswa diharapkan mempunyai kesadaran dari hati
nuraninya sendiri untuk menjaga kebersihan.
2.
Setiap hari senin wajib memeriksa kebersihan
sendiri seperti baju, rambut, kuku, sepatu, dll.
3.
Petugas piket harus membersihkan kelas serta
lingkungan sekitar.
4.
Guru wajib menegur siswa yang membuang sampah
sembarangan.
5.
Mencatat pada buku pelanggaran.
6.
Memberi sanksi tersendiri bagi siswa yang
melakukan pelanggaran terutama membuang sampah sembarangan.
Dengan
tindakan-tindakan tersebut diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk menjaga
kebersihan. Kebersihan berpengaruh besar tehadap kesehatan maka dari itu
kebersihan perlu dijaga.
Seringkali
kita menjumpai slogan-slogan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan.
Slogan-slogan tersebut mengajak kita untuk hidup bersih dan sehat, biasanya
kita menjumpai slogan-slogan tersebut di berbagai tempat terutama di sekolah
diantaranya “bersih pangkal sehat”, “kebersihan adalah sebagian dari iman”,
“jagalah kebersihan”.
Akan
tetapi slogan tersebut tidak kita pedulikan seperti hiasan belaka tanpa kita
laksanakan, contohnya masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan,
merobek-robek kertas di kelas, kalau buang air kecil tidak disiram dan
menimbulkan bau yang tidak sedap, selain itu juga masih ada lagi contoh-contoh
lain yang mencerminkan siswa tidak menjaga kebersihan.
Pada dasarnya kebersihan sudah terdapat dalam Al-Qur’an
·
surat Al-Baqarah : 222
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan
orang-orang yang membersihan diri”.
·
Surat At-Taubah : 108
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Artinya: “Di dalamnya ada orang-orang yang suka membersihkan diri
Dan Allah menyukai orang yang membersihkan diri.”
Sosok pribadi
muslim sejati adalah orang yang bisa menjadi teladan dan idola dalam arti yang
positif di tengah manusia dalam hal kesucian dan kebersihan. Baik kesucian
zahir maupun maupun batin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada jamaah dari
shahabatnya :
“Kalian akan mendatangi saudaramu, maka perbaguslah kedatanganmu
dan perbaguslah penampilanmu. Sehingga sosokmu bisa seperti tahi lalat di
tengah manusia (menjadi pemanis). Sesungguhnya Allah tidak menyukai hal yang
kotor dan keji”. (HR. Ahmad)
Rasulullah SAW
telah menyatakan bahwa urusan kesucian itu sangat terkait dengan nilai dan
derajat keimanan seseorang. Bila urusan kesucian ini bagus, maka imannya pun
bagus. Dan sebaliknya, bila masalah kesucian ini tidak diperhatikan, maka
kulitas imannya sangat dipertaruhkan.
الطهور شطر الإيمان
“Kebersihan
itu bagian dari Iman.” (HR. Muslim)
2.3
Ukhuwah Al Hasanah
a.
pengertian
Ukhuwah al-hasanah artinya persaudaraan yang bagus (indah).
Ukhuwah al-hasanah sebenarnya memiliki arti yang luas yang mencakup bukan hanya
terhadap sesama kaum muslimin, namun juga terhadap sesama secara keseluruhan.
Artinya, ukhuwah ini sebenarnya adalah semangat yang universil yang di dambakan
oleh setiap insan yang menginginkan kehidupan yang damai.
Ada yang menterjemahkan Ukhuwah
al-hasanah sebagai persaudaraan antara ummat Islam. Ini sebenarnya sangat
sempit. Padahal yang dimaksud adalah pembinaan rasa persaudaraaan secara Islam
dengan siapa saja. Jadi, istilah tersebut mengandung nilai-nilai yang bersifat
lebih universil.
b. Ada
usaha pokok untuk menggalang Ukhuwah al-hasanah ini, yaitu:
Sebelum kita menggalang rasa
persaudaraan yang lebih jauh, kita harus saling kenal dulu. “Tak kenal maka tak
sayang”, kata pepatah. Saling mengenal artinya kita tahu siapa dirinya dan
sebaliknya. Pertemuan-pertemuan seperti pengajian, sarasehan, rapat RT/RW,
berorganisasi, piknik, rekreasi, study tour, dan sebagainya merupakan kegiatan
untuk lebih saling mengenal antara individu. Allah SWT bersabda;
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat, 49 : 13)
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat, 49 : 13)
Setelah saling mengenal, maka
dilanjutkan dengan tahapan untuk lebih saling mengerti. Saling mengerti
artinya, kita tahu apa maunya dan sebaliknya dia tahu apa mau kita serta
motivasi yang melatar-belakangi keinginan masing-masing. Juga berarti saling
memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta peranan masing-masing
dalam masyarakat. Juga berarti saling memahami dan merasakan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi bersama.
Setelah saling mengenal, dan
memahami maka hubungan perlu ditingkatkan dalam bentuk tolong menolong untuk kebaikan
dan ketaqwaan. Mengenai hal ini, Allah bertitah dalam surah Al-Maidah ayat 2:
……Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(QS. Al-Maidah, 5 : 2)
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(QS. Al-Maidah, 5 : 2)
Artinya yang memiliki kelebihan
menolong yang memiliki kekurangan. Kalau tolong menolong atau bergotong royong
untuk melaksanakan kejahatan, itu jelas-jelas bukanlah termasuk ukhuwah Islamiyah.
Lebih lanjut, ta’awun ini bisa dilakukan dalam 3 bentuk, yaitu mal (harta), ilmu dan quwwah (tenaga).
Bila kita memiliki ilmu, tak boleh
kita simpan sendiri, namun harus dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.
Seorang ahli pertanian misalnya, sebaiknya menurunkan ilmunya kepada para
petani, sehingga para petani menjadi semakin pandai dan kesejahteraan merekapun
jadi semakin meningkat.
Ilmu, dan juga harta seperti disebut
diatas, merupakan nikmat Allah yang harus kita syukuri dengan membaginya kepada
orang lain. Sesungguhnya berbagi harta atau ilmu kepada orang yang memerlukan,
tidak akan membuat kita menjadi miskin atau bodoh, sebagaimana janji Allah SWT
berikut ini:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim 14 :
7)
Kalau kita tidak bisa memberikan
harta dan ilmu maka kita bisa menyumbangkan tenaga kita untuk kebaikan. Kaum
dhuafa biasanya memiliki tenaga, sedangkan hartawan memiliki harta, sehingga
keduanya bisa saling bantu, saling mengisi sehingga keduanya memperoleh mutual
benefit.
Dalam menjaga kerukunan, maka semua
pihak yang terlibat harus menjaga agar ucapan dan tindakannya membawa suasana
yang kondusif bagi tercapainya kerukunan. Apa yang telah disepakati untuk
dilakukan atau dibangun demi kerukunan itu, haruslah menjadi tanggung jawab
setiap orang untuk melaksanakan dan memeliharanyanya. Bila salah satu pihak
mengabaikan tanggung jawabnya, maka akan sungguh sulit untuk menciptakan
kerukunan itu. Jaminan tercapainya kerukunan itu adalah dengan saling
bertanggung jawab.
Satu faktor penting ialah rasa
tenggang menenggang. Dalam menciptakan kerukunan, maka ada hal-hal yang bisa
di-negotiate,
atau ditawar. Kita boleh fleksibel dalam hal-hal tertentu, tapi kita perlu
tetap memegang prinsip dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi saw.
Mengenai hal toleransi ini, maka
kita perlu mencontoh Nabi saw, dalam mengakomodir kepentingan ibadah kaum
Nasrani sewaktu beliau menjadi pemimpin kaum muslim di Madinah. Dibawah
kepemimpinan Nabi saw inilah lahir berbagai peraturan dan undang-undang yang
melindungi tempat-tempat ibadah non-muslim, serta diharuskan untuk ikut
menjaganya bila ada orang yang berniat merusaknya.
Kalau dengan kaum non-muslim saja
Nabi menganjurkan kita untuk bertoleransi, apalagi dengan saudara se-iman,
se-ichwan dan se-ichsan. Allah berfirman:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik
dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.(QS. Al-Mumtahanah, 60 : 8)
2.4
Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan
merupakan penentu arah dari suatu kegiatan yang kita lakukan dalam pendidikan.
Adanya tujuan merupakan hal yang mutlak dan harus ada, karena tanpa adanya
tujuan pelaksanaan program pendidikan menjadi tidak terarah dan tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Adapun
akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan
sempuran yang membedakannya dari makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan
manusia orang yang berkelakuan baik bertindak baik sesama makhluk dan terhadap
Allah.
Sedangkan
pendidikan akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan
diri dari perangai yang jahat sehingga tercapailah tata tertib dalam pergaulan
sehari-hari.
Selain
itu juga akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia
dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan
rohani. Jasmani dibersihkan secara bathiniyah melalui akhlak.[6]
Akhlak
juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan
manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang maju yang disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya ilmu
pengetahuan dan tekhnologi modern yang akan ia milikinya akan dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang yang mempunyai
ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern, memiliki pangkat, harta kekuasaan dan
sebagainya namun disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan
disalahgunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Dengan
demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa akhlak bertujuan untuk memberikan
pedoman atau penerangan bag manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau
buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha untuk menghindarinya.[7]
Dari
uraian diatas menunjukkan bahwa, tujuan pendidikan akhlak ialah agar manusia
dapat mengethaui penetapan batasan antara yang baik dengan yang buruk dan dengan
menetapkan sesuatu pada proporsinya yang sebenar-benarnya, sehingga kita
diharapkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik, indah, mulia dan terpuji
serta dapat menghindari atau meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk, hina,
jelek dan tercela.
2.5
Pendekatan Pembinaan Akhlak
Pendekatan-Pendekatan pembinaan
akhlak yang dapat kita lakukan sesuai dengan perspektif islam yaitu:
1.
Pendekatan Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas
untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang
harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah
SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah
itu, teladan yang baik bagimu.”
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan
perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.
Aplikasi Pendekatan teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan
seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan,
berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan
lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus
berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
2.
Pendekatan Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya
adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum
; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik
Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah
(titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika
dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan
tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat”
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori
konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan
mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan
yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang
berakhlak mulia.
Aplikasi Pendekatan pembiasaan tersebut,
diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak
terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma
ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan,
terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah
Pendekatan yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.
3.
Pendekatan Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang
berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan
yang lembut. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang
dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”…
Aplikasi Pendekatan nasehat, diantaranya
adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam,
nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf
nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling
penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang
dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi
lips-service.
4.
Pendekatan Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti,
suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara
kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya
terjadi ataupun hanya rekaan saja. Dalam pendidikan Islam, ceritera
yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan Pendekatan pendidikan yang
sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat,
menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah
Bani Israil dan lain-lain.
Aplikasi Pendekatan qishshah ini, diantaranya
adalah, memperdengarkan casset, video dan cerita-cerita tertulis atau
bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya,
setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak
mulia.
5.
Pendekatan Amtsal (perumpamaan)
Pendekatan perumpamaan adalah Pendekatan yang
banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia.
Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan mereka adalah
seperti orang yang menyalakan api”… Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan
banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana
kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa,
orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan
seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik,
ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada
pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.
Aplikasi Pendekatan perumpamaan, diantaranya
adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang
selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan
membingungkan anak didik. Pendekatan perumpamaan ini akan dapat memberi
pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan.
Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki
akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
6.
Pendekatan Tsawab (ganjaran)
Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai :
“hadiah ; hukuman. Pendekatan ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena
hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan
Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan
hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.
Aplikasi Pendekatan ganjaran yang berbentuk
hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan
pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang
baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau
perlu dan lain-lain.
Aplikasi Pendekatan ganjaran yang berbentuk
hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya,
tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya sebagai
alternatif terakhir.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin Basr
al-Mani, ia berkata : “Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa
biji anggur untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya
sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah,
beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.
Dari Hadis di atas, dapat dikemukakan, bahwa
menjewer telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di
negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa
berurusan dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang Perlindungan Anak.
Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga anak didiknya yang datang
terlambat, orang tua siswanya lalu melaporkan ke polisi, lalu sang guru
terpaksa masuk sel. Oleh karena itu ke depan, perlu pula dibuat Undang-Undang
Perlindungan Guru, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya, lebih aman dan
nyaman.
Akhirnya, supaya pekat tidak semakin
parah, selanjutnya akhlak generasi muda akan semakin baik, dan akhlak mulia
dapat pula terwujud, sayagilah orang tua, guru, pemimpin formal dan non-formal
mengaplikasikan Pendekatan pembinaan akhlak dalam perspektif Islam itu, dalam
proses pendidikan, baik dalam lembaga pendidikan formal, maupun dalam kehidupan
rumah tangga.[8]
2.1
Metode-Metode Pembinaan Akhlak
1. Metode Latihan (Drilling
Method)
a. Pengertian
Metode drill atau
disebut latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak
menuju ketempat latihan keterampilan/ eksperimental, seperti untuk melihat
bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa
dibuat, apa manfaatnya, dsb.
Metode drill / latihan siap dimaksudkan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari,
karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat
disempurnakan.[9]
b. Kelebihan dan Kelemahan
Metode Latihan
1) Kelebihan
a)
Peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis,
melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b)
Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.
c)
Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan.
d)
Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan
sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.
e)
Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang
berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna
kelak dikemudian hari.
f)
Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang
disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan
dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.
2) Kelemahan
a)
Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b)
Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat
menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran
secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang
berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.
c)
Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik
melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus peserta didik
bertindak secara otomatis.
d)
Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana
peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh guru.
c. Langkah-langkah Metode
Latihan
a)
Harus diusahakn latihan tersebut jangan sampai membosankan anak
didik
b)
Latihan diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian
peserta didik
c)
Agar anak didik tidak ragu, maka anak didik lebih dahulu diberikan
pengertian dasar tentang materi yang akan diberikan.
2. Metode Proyek (Project
Method)
a. Pengertian
Kata proyek berasal
dari bahasa latin, yaitu proyektum yang berarti maksud tujuan,
rancangan, rencana. Jadi memproyeksikan berarti : merancang, merencanakan
dengan maksud dan tujuan tertentu. Mempunyai perencanaan yang baik (planning)
di dalam kegiatan-kegiatan tahunan dan sebagainya.
Dengan kata lain, metode proyek yaitu cara mengajar dengan jalan
memberikan kegiatan belajar kepada siswa, dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memilih, merancang dan memimpin pikiran serta pekerjaannya.
Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas-tugasnya.
Metode
proyek ini untuk pertama kalinya, diperkenalkan oleh John Dewey. yang kemudian
dikembangkan oleh W.H. Kilpatrik. Di Eropa abad XX ini giat sekali
mengembangkan metode proyek ini. Di Indonesia metode proyek ini mendapat
perhatian yang besar dari kalangan pembaharuan pendidikan dan pengajaran.
b. Langkah-langkah Metode Proyek
Langkah-langkah metode proyek menurut Dr. Zakiah Darojat adalah
sebagai berikut:
a)
Merealisasi adanya masalah
b)
Menyusun hipotesis
c)
Mengumpulkan data dan informasi
d)
Menyimpulkan
c. Kelebihan dan Kelemahan
Metode Proyek
1) Kelebihan
a)
Dengan pengajaran proyek, dapat membangkitkan dan mengaktifkan
siswa, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri
b)
Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap siswa
untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
c)
Melalui metode proyek memperhatikan segi minat, perbedaan serta
kemampuan masing-masing individu siswa
d)
Dapat menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yang baik
e)
Dapat membentuk siswa dinamis dan ilmiah dalam
berbuat/berkarya.
2) Kelemahan
a)
Memerlukan perencanaan yang matang
b)
Bila proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat membosankan
bagi siswa
c)
Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini
sukar dan memerlukan kehlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap
untuk ini.
d)
Harus dapat memilih topic unit yang tepat sesuai kebutuhan anak
didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yangdiperlukan.
e)
Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat menaguburkan
pokok unit yang dibahas.
3) Metode Cerita (Narative
Method)
a. Pengertian
Menurut Armai
Arif, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam, (2002 : 160) metode kisah
mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan
menceritakan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal, yang
menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang
sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah yang disampaikan
merupakan salah satu metode pendidikan yang masyhur dan terbaik, sebab kisah
itu mampu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh keputusan hati yang mendalam.
Dalam metode bercerita baik guru maupun siswa dapat berperan
sebagai orang yang menyampaikan materi tersebut. Dengan cara guru bisa memberi
tugas kepada salah seorang siswa atau lebih untuk menceritakan suatau peristiwa
atau topik dalam materi yang dipelajari.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode
Cerita
1) Kelebihan
a)
Dapat mengasah daya imajinasi dan daya pikir siswa
b)
Media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika seta
mennumbuhkan rasa simpati siswa
c)
Menumbuhkan mint abaca pada peserta didik
d)
Dapat memperbanyak kosa kata
2) Kelemahan
a)
Sangat memerlukan daya rangsangan imajinasi atau menyajikan secara
menarik
b)
Banyak dongeng yang mengandung kisah teladan yang buruk
c)
Muatan-muatan pada cerita harus dipertimbbangkan dengan kondisi psikologis,
jangan sampai terjadi kesalahpahaman dari cerita tersebut.
4) Metode Praktik (Practicing
Method)
a. Pengertian
Metode ini sesuai
dengan namanya, lebih menekankan pada kemampuan praktek. Menurut Prof. Kukuh
Fackhurrohman dimaksudkaan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan
baik menggunakan alat atau benda seperti diperagakan, dengan harapan anak didik
akan menjadi lebih mudah dan jelas sekaligus dapat mempraktikkan materi yang
dimaksudkan.. Metode ini adalah bentuk metode praktek yang sifatnnya untuk
mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis).
Pada
tingkat-tingkat awal materi pelajaran praktis dapat dipilih dan diterapkan pada
hal-hal yang sederhana, apakah itu lewat percakapan sehari-hari yang ada
hubungannya dengan dunia sekolah anak didik atau lingkungan rumah tangga dan
masyarakat lebih luas atau dapat pula menyebutkan rincian nama-nama benda dan
kata kera sebagai dasar pembentukan bahasa percakapan. Sedangkan pada tingkat
lanjutan atas materi pelajaran dikembangkan lebih luas dan kompleks melalui
percakapan teoritis dan penalaran ilmiah.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode
Praktik
1) Kelebihan
a)
Siswa memperoleh ketrampilan langsung atau praktis.
b)
Siswa merasa tidak dipusingkan oleh aturan-aturan atau
kaidah-kaidah gramatikal karena pelajaran gramatikal hanya diajarkan sambil lalu,
sebagai penajam pemahaman
c)
Pengajaran dapat dinamis (hidup) dan menyenangkan, apalagi sesekali
guru dapat menyelingi dengan percakapan lucu dan media peragaan yang menarik
2) Kelemahan
a)
Memerlukan guru yang betul-betul mahir dan aktif dalam bidangnya
b)
Pada tingkat-tingkat dasar (awal) metode ini masih sulit diterapkan
karena perbendaharaan kata dan bahasa anak didik masih terbatas, bahkan terasa
kaku. Guru harus memperbanyak menghafalkan pola-pola kalimat yang baik kepada
murid-murid
c)
Pada umumnya kemampuan aplikatif anak didik sangat ditentukan oleh
faktor motivasi dari pihak guru disamping gaya dan simpatik kepribadian guru.
Dan ini jarang dimiliki dalam satu pribadi guru. Guru perlu sering memotivasi
anak didik disela-sela mengajar.
d)
Kekurangan media peraga sebagai penguat persepsi dan ingatan dapat
merupakan sisi lain kekurangan metode ini
5) Metode Suri Tauladan (Good
Example Method)
a. Pengertian
Menurut Prof.
Pupuh Faturrohman metode suri tauladan dapat diartikan sebagai “keteladanan
yang baik”. Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menubuhkan hasrat
bagi orang lain untuk meniru atau menngikutinya, karena memang pada dasarnya
dengan adanya contoh ucapan, perbuatan, dan contoh tingkah laku yang baik dalam
hal apapun maka hal itu merupakan suatu amaliah yang paling penting dan paling
berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan
manusia sehari-hari.
Metode ini merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Hal ini sudah dibuktikan
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai hasilnya apapun yang diajarkan dapat diterima
dengan segera dari dalam keluarga dan oleh masyarakat pengikutnya karena
ucapannya menembus ke hati mereka.
6) Metode Kerjasama (Cooperation
Method)
a. Pengertian
Menurut Prof. Kukuh Faturrohman
(2007 : 64) metode kerjasama adalah upaya saling membantu antara dua orang atau
lebih, antara individu dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau
menyelesaikan problema yang dihadapai dan menggarap berbagai program yang
bersifat prospektif, guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.
7) Metode Kerja Kelompok (Cup
Cluster Method)
a. Pengertian
Metode kerja
kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa
dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau
dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok)
Metode kerja
kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru
mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk
menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan
bergotong-royong.
Istilah kerja
kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam
beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar.
Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama.
b. Langkah-Langkah Metode Kerja
Kelompok
1) Menentukan kelompok
2) Memberi tugas-tugas kepada
kelompok.
c. Kelebihan dan Kelemahan
Metode Kerja Kelompok
1) Kelebihan
a)
Dapat memupuk rasa kerjasama.
b)
Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan.
c)
Adanya persaingan yang sehat.
2) Kelemahan
a)
Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau
sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang
lain.
b)
Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat
kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN KELOMPOK 6