Kamis, 13 Juni 2013

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN KELOMPOK 6



BAB II
ISI

  2.1            Pendidikan Akhlak
a.      Pengertian Pendidikan Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang artinya berarti perangai, tabiat, watak dasar, kebiasaan, sopan dan santun agama.[2] Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, mengklaim kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaianya di dalam al-Qur’an maupun Hadits sebagai terlihat berikut:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. Al-Qalam, 66:4).
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebasaan yang dahulu”. (Q.S.Al-Syua’ra, 26:137).[3]
Adapun menurut istilah para ahli, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Para ahli mengemukakan berbagai pendapat tentang pengertian akhlak.

Al Ghazali mendefinisikan, akhlak adalah suatu sikap (bay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang dirinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.
Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa “akhlak ialah menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung dan berturut-turut”.
Khuluk ialah keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan kepada pemikiran dan penelitian.[4]
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau kejadian jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan secara spontan atau tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran atau suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya.
Definisi-definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi, dan kita dapat melihat ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
(1)   Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
(2)   Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
(3)   Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
(4)   Sejalan dengan ciri yang ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
Adapun induk seluruh akhlak dan yang merupakan sendi-sendinya itu ada 4 yaitu:
(1)   Hikmah
(2)   Keberanian
(3)   Kelapangan dada dan
(4)   Keadilan
Hikmah ialah suatu keadaan yang dengannya itulah dapat ditemukannya hal-hal yang benar dengan menyisihkan mana-mana yang salah dalam segala urusan yang dihadapi secara ikhtiariah.
Keberanian adalah keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dilahirakan atau dikekang.
Kelapangan dada  ialah mendidik kekuatan syahwat atau kemauan dengan didikan yang bersendikan akal fikiran serta syari’at agama.
Keadilan ialah suatu kekuatan dalam jiwa yang dapat membimbing kemarahan dan membawanya ke arah yang sesuai dengan hikamt dan kebijaksanaan. Ada kalanya dikekang dan semua ini dengan mengingat keadaan dan suasana yang sedang dihadapinya.
Dari keempat macam sendi-sendi pokok itulah timbulnya semua akhlak yang baik dan terpuji. Al-Qur’an telah mengisysratkan perihal akhlak-akhlak ini dalam memberikan sifat kepada kaum mukminin, sebagaimana firman Allah:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Artinya: “Bahwasanya orang-orang mukmin aialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwanya untuk sabilillah. Mereka itulah orang-orang yang benar”. (QS. Al-Hujarat:15)
Akhlak merupakan suatu sikap yang melekat pada jiwa seseoran yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang berdasarkan keimanan dan pilihannya baik dan buruk, terpuji  dan tercela. Dengan demikian akhlak termasuk suatu bidang ikhtiar manusia yang dapat diubah dari jahat menjadi baik dan dari yang bak menjadi jahat.[5]

  2.2            Pembinaan Kebersihan
a. Pengertian
            Kebersihan menurut agama islam adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungan dari segala yang kotor dan yang keji untuk mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan juga bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman.
            Kebersihan menurut kamus Indonesia adalah berasal dari kata bersih yang artinya tidak kotor, bebas dari kotoran, tidak tercampur dengan benda atau sesuatu yang lain dan tidak ternoda. Sedangkan kebersihan menurut wikipedia bahasa indonesia adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, bau dan sampah.
            Seringkali kita melihat murid-murid yang membuang sampah sembarangan. Beberapa kali bapak ibu guru menasehati kepada murid-murid agar membuang sampah pada tempatnya, akan tetapi apa kenyataannya murid-murid tidak mematuhinya. Tentu kita sebagai warga sekolah tidak mau melihat sampah berserakan dimana-mana. Sampah tadi juga dapat mencemari lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun diluar kelas selain itu juga dapat menjadikan suasana belajar kita tidak nyaman.
b. Langkah-Langkah Pembinaan Kebersihan      
            Demi tercapainya lingkungan yang bersih dan nyaman, perlu sekali dilakukan tindakan yang bersifat mengajak kesadaran kita untuk menjaga kebersihan dan bersifat mengatasi masalah di atas. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:
1.      Siswa diharapkan mempunyai kesadaran dari hati nuraninya sendiri untuk menjaga kebersihan.
2.      Setiap hari senin wajib memeriksa kebersihan sendiri seperti baju, rambut, kuku, sepatu, dll.
3.      Petugas piket harus membersihkan kelas serta lingkungan sekitar.
4.      Guru wajib menegur siswa yang membuang sampah sembarangan.
5.      Mencatat pada buku pelanggaran.
6.      Memberi sanksi tersendiri bagi siswa yang melakukan pelanggaran terutama membuang sampah sembarangan.
            Dengan tindakan-tindakan tersebut diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk menjaga kebersihan. Kebersihan berpengaruh besar tehadap kesehatan maka dari itu kebersihan perlu dijaga.
            Seringkali kita menjumpai slogan-slogan yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Slogan-slogan tersebut mengajak kita untuk hidup bersih dan sehat, biasanya kita menjumpai slogan-slogan tersebut di berbagai tempat terutama di sekolah diantaranya “bersih pangkal sehat”, “kebersihan adalah sebagian dari iman”, “jagalah kebersihan”.
            Akan tetapi slogan tersebut tidak kita pedulikan seperti hiasan belaka tanpa kita laksanakan, contohnya masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan, merobek-robek kertas di kelas, kalau buang air kecil tidak disiram dan menimbulkan bau yang tidak sedap, selain itu juga masih ada lagi contoh-contoh lain yang mencerminkan siswa tidak menjaga kebersihan.
Pada dasarnya kebersihan sudah terdapat dalam Al-Qur’an
·         surat Al-Baqarah : 222 
                                    إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang membersihan diri”.

·         Surat  At-Taubah : 108
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Artinya: “Di dalamnya ada orang-orang yang suka membersihkan diri Dan Allah menyukai orang yang membersihkan diri.” 
            Sosok pribadi muslim sejati adalah orang yang bisa menjadi teladan dan idola dalam arti yang positif di tengah manusia dalam hal kesucian dan kebersihan. Baik kesucian zahir maupun maupun batin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada jamaah dari shahabatnya :
“Kalian akan mendatangi saudaramu, maka perbaguslah kedatanganmu dan perbaguslah penampilanmu. Sehingga sosokmu bisa seperti tahi lalat di tengah manusia (menjadi pemanis). Sesungguhnya Allah tidak menyukai hal yang kotor dan keji”. (HR. Ahmad)
Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa urusan kesucian itu sangat terkait dengan nilai dan derajat keimanan seseorang. Bila urusan kesucian ini bagus, maka imannya pun bagus. Dan sebaliknya, bila masalah kesucian ini tidak diperhatikan, maka kulitas imannya sangat dipertaruhkan.
الطهور شطر الإيمان
“Kebersihan itu bagian dari Iman.” (HR. Muslim)
  2.3            Ukhuwah Al Hasanah
a. pengertian
            Ukhuwah al-hasanah artinya persaudaraan yang bagus (indah). Ukhuwah al-hasanah sebenarnya memiliki arti yang luas yang mencakup bukan hanya terhadap sesama kaum muslimin, namun juga terhadap sesama secara keseluruhan. Artinya, ukhuwah ini sebenarnya adalah semangat yang universil yang di dambakan oleh setiap insan yang menginginkan kehidupan yang damai.
            Ada yang menterjemahkan Ukhuwah al-hasanah sebagai persaudaraan antara ummat Islam. Ini sebenarnya sangat sempit. Padahal yang dimaksud adalah pembinaan rasa persaudaraaan secara Islam dengan siapa saja. Jadi, istilah tersebut mengandung nilai-nilai yang bersifat lebih universil.
b. Ada usaha pokok untuk menggalang Ukhuwah al-hasanah ini, yaitu:
·          Ta’aruf = saling mengenal
            Sebelum kita menggalang rasa persaudaraan yang lebih jauh, kita harus saling kenal dulu. “Tak kenal maka tak sayang”, kata pepatah. Saling mengenal artinya kita tahu siapa dirinya dan sebaliknya. Pertemuan-pertemuan seperti pengajian, sarasehan, rapat RT/RW, berorganisasi, piknik, rekreasi, study tour, dan sebagainya merupakan kegiatan untuk lebih saling mengenal antara individu. Allah SWT bersabda;
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(
QS. Al-Hujurat, 49 : 13)
·          Tafahum = saling pengertian
            Setelah saling mengenal, maka dilanjutkan dengan tahapan untuk lebih saling mengerti. Saling mengerti artinya, kita tahu apa maunya dan sebaliknya dia tahu apa mau kita serta motivasi yang melatar-belakangi keinginan masing-masing. Juga berarti saling memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta peranan masing-masing dalam masyarakat. Juga berarti saling memahami dan merasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi bersama.
·          Ta’awun = tolong menolong
            Setelah saling mengenal, dan memahami maka hubungan perlu ditingkatkan dalam bentuk tolong menolong untuk kebaikan dan ketaqwaan. Mengenai hal ini, Allah bertitah dalam surah Al-Maidah ayat 2:
……Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”(
QS. Al-Maidah, 5 : 2)
            Artinya yang memiliki kelebihan menolong yang memiliki kekurangan. Kalau tolong menolong atau bergotong royong untuk melaksanakan kejahatan, itu jelas-jelas bukanlah termasuk ukhuwah Islamiyah. Lebih lanjut, ta’awun ini bisa dilakukan dalam 3 bentuk, yaitu mal (harta), ilmu dan quwwah (tenaga).
·          Ilmu
            Bila kita memiliki ilmu, tak boleh kita simpan sendiri, namun harus dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Seorang ahli pertanian misalnya, sebaiknya menurunkan ilmunya kepada para petani, sehingga para petani menjadi semakin pandai dan kesejahteraan merekapun jadi semakin meningkat.
            Ilmu, dan juga harta seperti disebut diatas, merupakan nikmat Allah yang harus kita syukuri dengan membaginya kepada orang lain. Sesungguhnya berbagi harta atau ilmu kepada orang yang memerlukan, tidak akan membuat kita menjadi miskin atau bodoh, sebagaimana janji Allah SWT berikut ini:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim 14 : 7)
·          Quwwah = tenaga
            Kalau kita tidak bisa memberikan harta dan ilmu maka kita bisa menyumbangkan tenaga kita untuk kebaikan. Kaum dhuafa biasanya memiliki tenaga, sedangkan hartawan memiliki harta, sehingga keduanya bisa saling bantu, saling mengisi sehingga keduanya memperoleh mutual benefit.
·          Tadhanan = saling bertanggung jawab
            Dalam menjaga kerukunan, maka semua pihak yang terlibat harus menjaga agar ucapan dan tindakannya membawa suasana yang kondusif bagi tercapainya kerukunan. Apa yang telah disepakati untuk dilakukan atau dibangun demi kerukunan itu, haruslah menjadi tanggung jawab setiap orang untuk melaksanakan dan memeliharanyanya. Bila salah satu pihak mengabaikan tanggung jawabnya, maka akan sungguh sulit untuk menciptakan kerukunan itu. Jaminan tercapainya kerukunan itu adalah dengan saling bertanggung jawab.
·          Tasaamuh = saling toleransi
            Satu faktor penting ialah rasa tenggang menenggang. Dalam menciptakan kerukunan, maka ada hal-hal yang bisa di-negotiate, atau ditawar. Kita boleh fleksibel dalam hal-hal tertentu, tapi kita perlu tetap memegang prinsip dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi saw.
            Mengenai hal toleransi ini, maka kita perlu mencontoh Nabi saw, dalam mengakomodir kepentingan ibadah kaum Nasrani sewaktu beliau menjadi pemimpin kaum muslim di Madinah. Dibawah kepemimpinan Nabi saw inilah lahir berbagai peraturan dan undang-undang yang melindungi tempat-tempat ibadah non-muslim, serta diharuskan untuk ikut menjaganya bila ada orang yang berniat merusaknya.
            Kalau dengan kaum non-muslim saja Nabi menganjurkan kita untuk bertoleransi, apalagi dengan saudara se-iman, se-ichwan dan se-ichsan. Allah berfirman: 
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.(QS. Al-Mumtahanah, 60 : 8)

  2.4            Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan merupakan penentu arah dari suatu kegiatan yang kita lakukan dalam pendidikan. Adanya tujuan merupakan hal yang mutlak dan harus ada, karena tanpa adanya tujuan pelaksanaan program pendidikan menjadi tidak terarah dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Adapun akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempuran yang membedakannya dari makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik bertindak baik sesama makhluk dan terhadap Allah.
Sedangkan pendidikan akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan  perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai yang jahat sehingga tercapailah tata tertib dalam pergaulan sehari-hari.
Selain itu juga akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara bathiniyah melalui akhlak.[6]
Akhlak juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang maju yang disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang akan ia milikinya akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern, memiliki pangkat, harta kekuasaan dan sebagainya namun disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bag manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha untuk menghindarinya.[7]
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa, tujuan pendidikan akhlak ialah agar manusia dapat mengethaui penetapan batasan antara yang baik dengan yang buruk dan dengan menetapkan sesuatu pada proporsinya yang sebenar-benarnya, sehingga kita diharapkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik, indah, mulia dan terpuji serta dapat menghindari atau meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk, hina, jelek dan tercela.

  2.5            Pendekatan Pembinaan Akhlak
Pendekatan-Pendekatan pembinaan akhlak yang dapat kita lakukan sesuai dengan perspektif islam yaitu:
1.      Pendekatan Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.”
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT. Aplikasi Pendekatan teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.

2.      Pendekatan Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat”
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia.
Aplikasi Pendekatan pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah Pendekatan yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.

3.      Pendekatan Mau’izhah (nasehat)
Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”…
Aplikasi Pendekatan nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.

4.      Pendekatan Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan Pendekatan pendidikan yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.
Aplikasi Pendekatan qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan cerita-cerita tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.

5.      Pendekatan Amtsal (perumpamaan)
Pendekatan perumpamaan adalah Pendekatan yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”… Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.
Aplikasi Pendekatan perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak didik. Pendekatan perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.

6.      Pendekatan Tsawab (ganjaran)
Armai Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai : “hadiah ; hukuman. Pendekatan ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.
Aplikasi Pendekatan ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi Pendekatan ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya sebagai alternatif terakhir.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.
Dari Hadis di atas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di negeri ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa berurusan dengan pihak berwajib, karena adanya Undang-Undang Perlindungan Anak. Pernah terjadi seorang guru, karena menjewer telinga anak didiknya yang datang terlambat, orang tua siswanya lalu melaporkan ke polisi, lalu sang guru terpaksa masuk sel. Oleh karena itu ke depan, perlu pula dibuat Undang-Undang Perlindungan Guru, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya, lebih aman dan nyaman.
Akhirnya, supaya pekat tidak semakin parah, selanjutnya akhlak generasi muda akan semakin baik, dan akhlak mulia dapat pula terwujud, sayagilah orang tua, guru, pemimpin formal dan non-formal mengaplikasikan Pendekatan pembinaan akhlak dalam perspektif Islam itu, dalam proses pendidikan, baik dalam lembaga pendidikan formal, maupun dalam kehidupan rumah tangga.[8]

  2.1            Metode-Metode Pembinaan Akhlak
1.      Metode Latihan (Drilling Method)
a.      Pengertian
            Metode drill atau disebut latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/ eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dsb.
Metode drill / latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan.[9]


b.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan
1)      Kelebihan
a)      Peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b)      Peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c)      Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
d)     Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.
e)      Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.
f)       Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.
2)      Kelemahan
a)      Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b)      Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.
c)      Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus peserta didik bertindak secara otomatis.
d)     Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.
c.      Langkah-langkah Metode Latihan
a)      Harus diusahakn latihan tersebut jangan sampai membosankan anak didik
b)      Latihan diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian peserta didik
c)      Agar anak didik tidak ragu, maka anak didik lebih dahulu diberikan pengertian dasar tentang materi yang akan diberikan.

2.      Metode Proyek (Project Method)
a.      Pengertian
            Kata proyek berasal dari bahasa latin, yaitu proyektum yang berarti maksud tujuan, rancangan, rencana. Jadi memproyeksikan berarti : merancang, merencanakan dengan maksud dan tujuan tertentu. Mempunyai perencanaan yang baik (planning) di dalam kegiatan-kegiatan tahunan dan sebagainya.
Dengan kata lain, metode proyek yaitu cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan belajar kepada siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin pikiran serta pekerjaannya. Anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas-tugasnya.
           Metode proyek ini untuk pertama kalinya, diperkenalkan oleh John Dewey. yang kemudian dikembangkan oleh W.H. Kilpatrik. Di Eropa abad XX ini giat sekali mengembangkan metode proyek ini. Di Indonesia metode proyek ini mendapat perhatian yang besar dari kalangan pembaharuan pendidikan dan pengajaran.
b.      Langkah-langkah Metode Proyek
Langkah-langkah metode proyek menurut Dr. Zakiah Darojat adalah sebagai berikut:
a)      Merealisasi adanya masalah
b)       Menyusun hipotesis
c)      Mengumpulkan data dan informasi
d)     Menyimpulkan
c.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Proyek
1)      Kelebihan
a)      Dengan pengajaran proyek, dapat membangkitkan dan mengaktifkan siswa, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri
b)      Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
c)      Melalui metode proyek memperhatikan segi minat, perbedaan serta kemampuan masing-masing individu siswa
d)     Dapat menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yang baik
e)      Dapat membentuk siswa dinamis dan ilmiah dalam berbuat/berkarya. 
2)      Kelemahan
a)      Memerlukan perencanaan yang matang
b)      Bila proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat membosankan bagi siswa
c)      Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan kehlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini.
d)     Harus dapat memilih topic unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yangdiperlukan.
e)      Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat menaguburkan pokok unit yang dibahas.

3)     Metode Cerita (Narative Method)
a.       Pengertian
            Menurut Armai Arif, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam, (2002 : 160) metode kisah mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menceritakan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal, yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metode kisah yang disampaikan merupakan salah satu metode pendidikan yang masyhur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasarkan oleh keputusan hati yang mendalam.
Dalam metode bercerita baik guru maupun siswa dapat berperan sebagai orang yang menyampaikan materi tersebut. Dengan cara guru bisa memberi tugas kepada salah seorang siswa atau lebih untuk menceritakan suatau peristiwa atau topik dalam materi yang dipelajari.
b.     Kelebihan dan Kelemahan Metode Cerita
1)      Kelebihan
a)      Dapat mengasah daya imajinasi dan daya pikir siswa
b)      Media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika seta mennumbuhkan rasa simpati siswa
c)      Menumbuhkan mint abaca pada peserta didik
d)     Dapat memperbanyak kosa kata
2)      Kelemahan
a)      Sangat memerlukan daya rangsangan imajinasi atau menyajikan secara menarik
b)      Banyak dongeng yang mengandung kisah teladan yang buruk
c)      Muatan-muatan pada cerita harus dipertimbbangkan dengan kondisi psikologis, jangan sampai terjadi kesalahpahaman dari cerita tersebut.


4)     Metode Praktik (Practicing Method)
a.      Pengertian
            Metode ini sesuai dengan namanya, lebih menekankan pada kemampuan praktek. Menurut Prof. Kukuh Fackhurrohman dimaksudkaan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda seperti diperagakan, dengan harapan anak didik akan menjadi lebih mudah dan jelas sekaligus dapat mempraktikkan materi yang dimaksudkan.. Metode ini adalah bentuk metode praktek yang sifatnnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis).
            Pada tingkat-tingkat awal materi pelajaran praktis dapat dipilih dan diterapkan pada hal-hal yang sederhana, apakah itu lewat percakapan sehari-hari yang ada hubungannya dengan dunia sekolah anak didik atau lingkungan rumah tangga dan masyarakat lebih luas atau dapat pula menyebutkan rincian nama-nama benda dan kata kera sebagai dasar pembentukan bahasa percakapan. Sedangkan pada tingkat lanjutan atas materi pelajaran dikembangkan lebih luas dan kompleks melalui percakapan teoritis dan penalaran ilmiah.
b.     Kelebihan dan Kelemahan Metode Praktik
1)      Kelebihan
a)      Siswa memperoleh ketrampilan langsung atau praktis.
b)      Siswa merasa tidak dipusingkan oleh aturan-aturan atau kaidah-kaidah gramatikal karena pelajaran gramatikal hanya diajarkan sambil lalu, sebagai penajam pemahaman
c)      Pengajaran dapat dinamis (hidup) dan menyenangkan, apalagi sesekali guru dapat menyelingi dengan percakapan lucu dan media peragaan yang menarik
2)      Kelemahan
a)      Memerlukan guru yang betul-betul mahir dan aktif dalam bidangnya
b)      Pada tingkat-tingkat dasar (awal) metode ini masih sulit diterapkan karena perbendaharaan kata dan bahasa anak didik masih terbatas, bahkan terasa kaku. Guru harus memperbanyak menghafalkan pola-pola kalimat yang baik kepada murid-murid
c)      Pada umumnya kemampuan aplikatif anak didik sangat ditentukan oleh faktor motivasi dari pihak guru disamping gaya dan simpatik kepribadian guru. Dan ini jarang dimiliki dalam satu pribadi guru. Guru perlu sering memotivasi anak didik disela-sela mengajar.
d)     Kekurangan media peraga sebagai penguat persepsi dan ingatan dapat merupakan sisi lain kekurangan metode ini

5)     Metode Suri Tauladan (Good Example Method)
a.      Pengertian
            Menurut Prof. Pupuh Faturrohman metode suri tauladan dapat diartikan sebagai “keteladanan yang baik”. Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menubuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau menngikutinya, karena memang pada dasarnya dengan adanya contoh ucapan, perbuatan, dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun maka hal itu merupakan suatu amaliah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.
            Metode ini merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Hal ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai hasilnya apapun yang diajarkan dapat diterima dengan segera dari dalam keluarga dan oleh masyarakat pengikutnya karena ucapannya menembus ke hati mereka.

6)     Metode Kerjasama (Cooperation Method)
a.      Pengertian
            Menurut Prof. Kukuh Faturrohman (2007 : 64) metode kerjasama adalah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapai dan menggarap berbagai program yang bersifat prospektif, guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.

7)     Metode Kerja Kelompok (Cup Cluster Method)
a.      Pengertian
            Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok)
            Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong-royong.
            Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama.
b.     Langkah-Langkah Metode Kerja Kelompok
1)      Menentukan kelompok
2)      Memberi tugas-tugas kepada kelompok.
c.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Kerja Kelompok
1)      Kelebihan
a)      Dapat memupuk rasa kerjasama.
b)      Suatu tugas yang luas dapat segera diselesaikan.
c)      Adanya persaingan yang sehat.
2)      Kelemahan
a)      Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung kepada orang lain.
b)      Bila kecakapan tiap anggota tidak seimbang, akan rnenghambat kelancaran tugas, atau didominasi oleh seseorang.



0 komentar:

Posting Komentar