Senin, 10 Juni 2013

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN KELOMPOK 5



                                                                BAB II
                                                        PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
                    Pendidikan merupakan suatu upaya sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur pengajaran, latihan, bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu, nilai agama, dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan
Beberapa pendapat pakar tentang pendidikan :[1]
1. Crow and crow mengartikan pendidikan sebagai proses dimana penaglama atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
2. John Dewey ( Pandangan pakar pendidikan dari Amerika) berpandangan bahwa pendidikan ialah satu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan manusia
3. Prof. Horne (tokoh pendidik di Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam akliah, perasaan dan kemahuan manusia.
4. Herbert Spencer, (ahli falsafah Inggeris (820-903 M)), mengatakan bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan ke hidupan yang sempurna.



        Pada hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat didalam suatu masyarakat dan individu didalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja tetapi lebih bersifat menyeluruh yaitu adanya pendidikan informal dan non formal yang sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak.      Semua ini karena pada dasarnya pendidikan formal dan non formal merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.
             Hakikat pendidikan sepanjang hayat adalah belajar seumur hidup atau yang lebih dikenal dengan istilah life long education dan life long learning, bukan mendapat pendidikan seumur hidup. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang baik, sebab pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.
Pendidikan seumur hidup disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia, dalam arti belajar tidak ada putus-putusnya. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya, dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

        Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49): [2]
1.  Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat
2. Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis    untuk mengatasi masalah
3.  Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level
4. Menyambut baik perubahan
5. Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.

• Urgensi pendidikan sepanjang hayat (Drs. H, Rfuad. Ihsan 1996:44-45):[3]

1. Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat  keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.

2.  Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi.

3.   Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah.

Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.
2.2       Perubahan Pandangan Pendidikan Ke Arah Pendidikan Sepanjang Hayat
 Terjadinya suatu perubahan pandangan pendidikan ke arah Pendidikan Sepanjang  Hayat (PSH), karena: [4]
-          Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat dilandasi alasan bahwa:
a. Semakin banyaknya keluaran dari system persekolahan (sistem pendidikan  formal) yang ingin melanjutkan pendidikan.
b. Cepatnya perkembangan pengetahuan baru mengakibatkan meningkatnya  kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masa.
-          Pendidikan Sepanjang Masa dipandang sebagai hal yang melatar belakangi kebutuhan sistem pendidikan secara keseluruhan yang dapat merespon kebutuhan dan tujuan dasar bidang social ekonomi, politik atau kebudayaan.
-          Banyaknya hasil penelitian tentang sekolah yang antara lain menyatakan “Bahwa sistem pendidikan dewasa ini tidak sesuai sebagaimana yang diharapkan”.
-          Peningkatan kuantitas dan kualitas sekolah tidak membantu memecahkan pemenuhan kebutuhan hidup dan perbaikan sistem sekolah hanya menguntungkan mereka yang sudah mendapat kesempatan sekolah, sedang di luarnya masih banyak berjuta-juta anak yang menunggu kesempatan ini.
-          Keterbatasan sistem persekolahan yang telah mempaketkan atau membakukan sehingga para siswa menerima pengetahuan dengan keahlian yang telah terpilihkan dan dengan resiko dapat digunakan/tidak setelah akhir studinya. Di sisi lain sistem persekolahan, mengharuskan siswa berada di dalam bentuk menyeluruh dan keahlian yang sejenis sehingga terasing dari pengetahuan dan keahlian lain.
2.3      Konsep/Teori Pendidikan Sepanjang Hayat
            Konsep/Teori Pendidikan/Belajar Sepanjang Hayat sehingga berbeda dengan dimensi pendidikan sekolah adalah sebagai berikut:
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa pendidikan merupakan suatu proses kontinyu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini tidak hanya terbatas pada bangku sekolah, tetapi juga mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal baik yang berlangsung dalam keluarga, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Inilah yang membedakan konsep Pendidikan Seumur Hidup sehingga berbeda dengan pendidikan sekolah. [5]
-          Implikasi bagi pengembangan pendidikan sekolah dan pendidikan di masyarakat adalah sebagai berikut: Implikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan, tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
-          Penerapan asas Pendidikan Seumur Hidup pada isi Program Pendidikan Sekolah, mencakup mutu pendidikan yang hanya terwujud jika proses pendidikan di sekolah benar-benar menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak mungkin. Mutu pendidikan harus dilihat dari meningkatnya kemampuan belajar siswa secara mandiri. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dihidupkan dalam proses pengembangan pendidikan sekolah (belajar mengajar), yakni:
- Perkembangan peserta didik : salah satu nilai mendasar dalam menumbuhkan perkembangan diri anak adalah rasa kepercayaan diri. Dalam kerangka ini fungsi guru adalah membantu anak untuk mengetahui sesuatu yang ada dalam dirinya.
-  Kemandirian anak : kemampuan anak untuk menentukan diri, pendapat  maupun penilaian atas diri dan realitas social harus dihargai.
- Vitalitas model hubungan demokrasi : artinya yang diberlakukan dala proses belajar mengajar bukan sikap otoriter, yang menempatkan guru sebagai lawan dari guru, melainkan sikap partisipatif dan kooperatif.
- Vitalisasi jiwa eksploratif : dalam kerangka ini, jiwa eksploratif sangatlah penting mendapat ruang gerak. Daya kritis anak, semangat mencari, menyelidiki dan meneliti perlu ditumbuhkan. Hal inilah sebagai basis bagi lahirnya kreativitas.
- Kebebasan : ada dua hal mengapa kebebasan diperlukan, pertama : kebebasan merupakan hak asasi manusia yang mendasar, artinya hak untuk bicara, berkreasi merupakan bagian dari hak asasi manusia.  Kedua : kebebasan merupakan syarat untuk perkembangan. Anak-anak yang selalu dikekang dengan sikap otoriter tidak mungkin akan bisa berkembang secara kritis, apalagi mampu berkreasi, selain memiliki ketergantungan yang mutlak.
- Menghidupkan pengalaman anak : pengalaman anak harus diperhatikan karena anak didik akan lebih tertarik dan mengikutkan hatinya dalam kegiatan belajar kalau apa yang diterimanya terkait dengan dunia nyata.
- Keseimbangan pengembangan aspek personal dan sosial : keseimbangan individualitas dan social akan melatih peserta didik untuk mampu bekerjasama dalam masyarakat, dan anak akan lebih terlatih untuk membiasakan diri hidup dalam kompetisii yang sehat dengan semangat solider dan saling menghargai.
- Kecerdasan emosional dan spiritual : kecerdasan anak perlu ditumbuh kembangkan dalam pembelajaran. Ini justru sangat penting karena kecerdasan emosi memungkinkan peserta didik mampu menumbuhkan sikap empati dan kepedulian, kejujuran, tenggang rasa, pengertian dan integritas diri serta keterampilan sosial yang merupakan landasan bagi tumbuhnya kesadaran moral anak.
-  Penerapan asas Pendidikan Seumur Hidup pada isi program pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi, sebagaimana yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef-Slamet Santoso dari W.P Guruge dalam bukunya Toward Better Educational Management dikelempokkan menjadi beberapa kategori sbb: (1) Pendidikan Baca Tulis Fungsional; (2) Pendidikan Vokasional (3) Pendidikan Professional (4) Pendidikan ke arah Perubahan dan Pembangunan (5) Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik (6) Pendidikan Kultur dan Pengisian Waktu Senggang. Sasarannya bisa mencakup: para buruh dan petani, golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya, para pekerja yang berketerampilan, golongan teknisi dan professional.
2.4     Alam dan Sunnatuallah dalam implementasi pendidikan sepanjang hayat[6]

       Alam memberikan banyak pelajaran bagi kita, termasuk bagi peserta didik. Lihatlah, banyak sekolah yang mengajak peserta didik berbondong-bondong terjun ke alam. Ada yang sungai, ke kebun buah, hutan buatan, melihat padi, lebah dan lain sebagainya. Banyak orang tua yang juga mengajarkan hal ini pada buah hatinya.
Amatilah padi yang masih muda dan yang agak kuning. Apa perbedaan yang amat nyata? Padi yang kuning pasti merunduk karena telah berisi beras. Tanamkan pada para pendidik, bahwa mereka harus mencontoh padi. Semakin dia pintar, haruslah semakin rendah hati, tidak sombong. Anak yang rendah hati pastilah disegani oleh banyak orang. Jadi, jika anak kita berprestasi, ajarilah agar dia tidak mengobral prestasi dan popularitasnya, namun tidak pula menyembunyikannya untuk diri sendiri.
Sebagai bahan makanan pokok, padi sangat berguna bagi banyak orang. Dia mengenyangkan orang lapar. Dia pemberi tenaga bagi orang-orang untuk dapat beraktivitas. Jadikan anak kita seperti padi, menjadi orang yang berguna bagi banyak orang. Dia harus siap sedia menularkan ilmu pada orang lain, membantu orang-orang yang kesusahan dan membutuhkan pertolongan. Ajari anak untuk mengenyangkan teman-temannya yang lapar ilmu dan lapar bantuan. Jadikan juga anak kita menjadi anak yang tidak mudah menghina teman-teman yang lebih tidak beruntung dalam hal apa pun, namun harus sigap membantunya. Bimbing anak agar dia mampu menjadi pemberi tenaga pada teman atau orang lain dan harus menjadi pemotivasi sesama untuk bergerak aktif.
Tanaman padi juga bisa hidup di mana saja, di sawah, ladang, atau perbukitan. Ketika padi tumbuh di sawah, tentu saja kondisinya lebih enak, karena pengairan relatif mudah didapat. Namun di daerah yang airnya sulit, seperti di ladang atau perbukitan, padi mau tak mau harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk daerah yang sulit ini, dia hanya bisa ditanam saat musim hujan saja, itu pun tidak dengan air yang menggenang. Anak-anak juga harus demikian, dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Dia harus tahan banting dan pintar beradaptasi. Di tempat yang tidak mengenakkan pun, dia harus bisa bertahan dan memberikan manfaat bagi orang-orang sekitarnya.
 Kita juga bisa mengajari kepada peserta didik bagaimana agar kita bisa belajar dari ilmu alam yang ada di sekitar kita. Contoh lain seperti Semut dan Lebah . Semut tubuh mungil yang bersahaja tapi berjiwa besar dan lebah yang pintar serta ulet dalam bekerja adalah komunitas serangga yang memiliki karakteristik berbeda namun di sisi lain memiliki persamaan. Karena kehidupan semut dan lebah begitu banyak pelajaran (ibrah) yang dapat dipetik, Allah mengabadikan nama mereka dalam kitab suci Al-Qur’an menjadi nama surat, An-Naml (semut) surat ke 27 dan An-Nahl (lebah) surat ke 16.  Kedua serangga tersebut hidup dalam sebuah komunitas yang memiliki struktur organisasi yang rapih.  Memiliki pemimpin yang dikenal dengan sebutan “Ratu Semut” dan “Ratu Lebah”. Dalam struktur organisasinya, mereka membentuk divisi-divisi yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda.
            Bidang Pertahanan dan Keamanan bertugas mengamankan dan mempertahankan komunitas masyarakatnya dari ancaman  yang datang dari luar. Bagian Pengadaan Pangan bertugas mengumpulkan bahan pangan untuk stok persediaan pangan yang disimpan dalam gudang logistik yang disediakan khusus. Begitu juga Bidang Konstruksi yang bertugas merancang bangunan gedung hunian yang layak, aman dan nyaman. Dan bidang-bidang lainnya. Lebah selalu mencari rezeki yang bersih, hinggap di pepohonan yang sedang berbunga untuk menghisap nektar dan diolah menjadi madu. Sebagimana kita ketahui madu lebah sudah teruji secara medis adalah obat berbagai penyakit,  dan sangat banyak manfaatnya untuk manusia.
            “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan. Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Seseungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 68-69).
Ilmu pengetahuan modern tentang cara hidup jenis serangga ini sangat unik. Lebah adalah serangga kecil yang  mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut memerlukan perkiraan dan perancangan khusus. Sungguh mengagumkan bahwa kecerdasan dan keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah.
Namun, yang lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerjasama secara teratur dan terancang dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan pembagian kerja mereka dengan sungguh-sungguh.
            Kesukaran terbesar dalam mengorganisasikan sekelompok orang untuk bekerja secara bersama adalah penyiapan jadwal kerja serta pembahagian tugas dan tanggung jawab. Dalam sebuah kilang, misalnya, terdapat struktur jabatan yang tersusun di mana para pekerja melapor kepada penyelia, para penyelia melapor pada pengurus, para pengurus melapor pada pengurus besar dan pengurus besar melapor kepada Pengarah. Pengoperasian kilang yang berkesan memerlukan banyak tenaga kerja dan dana, pembuatan rancangan jangka panjang dan pendek, serta pengumpulan data statistik. Pengeluaran dilakukan berdasarkan perancangan pengeluaran yang telah disiapkan sebelumnya, dan pengawasan kualiti dilakukan di setiap peringkat. Setiap pengurus besar dan pengarah memperoleh pendidikan dan kemahiran khusus dalam jangka waktu tertentu sebelum ditempatkan pada kedudukan masing-masing. Akan tetapi, setelah segala syarat ini dipenuhi dan sistem organisasinya telah terbentuk, hanya beberapa ratus tenaga kerja saja yang mampu bekerja dalam teamwork secara harmoni. Demikianlah, pembentukan kerja sama di antara beberapa ratus manusia cerdas dengan gagasan mereka masing-masing memerlukan perancangan yang rumit dan kos mahal. Namun, puluhan ribu lebah mampu membina sistem organisasi sempurna yang tak tertandingi oleh masyarakat manusia. Tidak seperti manusia, lebah tidak mendapatkan pendidikan atau kemahiran apapun. Begitu lebah lahir, ia dengan segera melaksanakan tugas yang dibebankan padanya.
            Tidak ada keraguan, tidaklah mungkin lebah itu sendiri yang melakukan perkiraan berdasarkan kecerdasannya sendiri. Ini adalah bukti nyata bahwa setiap fase dalam hidupnya, lebah tunduk pada hikmah dan kekuasaan Penciptanya. Lebah menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan ilham yang diberikan oleh Pencipta Yang Maha Kuasa. [7]
            Dengan banyaknya ilmu yang berlimpah di sekitar kita yang bisa kita ajarkan kepada para peserta didik tentang makna yang terkandung pada Alam seperti lebah, semut, padi dan lain sebagainya, yang bisa memberikan banyak makna tentang bagaimana ilmu yang di dapat pada penerapan pendidikan pada alam.











0 komentar:

Posting Komentar