BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan merupakan suatu upaya
sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum Pendidikan merupakan suatu
proses berkelanjutan yang mengandungi unsur-unsur pengajaran, latihan,
bimbingan dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada pemindahan berbagai ilmu,
nilai agama, dan budaya serta kemahiran yang berguna untuk diaplikasikan oleh
individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang memerlukan pendidikan
Beberapa pendapat pakar tentang pendidikan :[1]
1. Crow and
crow mengartikan pendidikan sebagai proses dimana penaglama atau informasi
diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
2. John
Dewey ( Pandangan pakar pendidikan dari Amerika) berpandangan bahwa pendidikan
ialah satu proses membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan
terhadap alam dan manusia
3. Prof.
Horne (tokoh pendidik di Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan
proses abadi bagi menyesuaikan perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek
jasmani, alam, akliah, kebebasan dan perasaan manusia terhadap Tuhan
sebagaimana yang ternyata dalam akliah, perasaan dan kemahuan manusia.
4. Herbert
Spencer, (ahli falsafah Inggeris (820-903 M)), mengatakan bahwa pendidikan
ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan ke hidupan yang sempurna.
Pada hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat didalam suatu masyarakat dan individu didalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja tetapi lebih bersifat menyeluruh yaitu adanya pendidikan informal dan non formal yang sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak. Semua ini karena pada dasarnya pendidikan formal dan non formal merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.
Hakikat pendidikan sepanjang hayat
adalah belajar seumur hidup atau yang lebih dikenal dengan istilah life long education dan life long learning, bukan mendapat
pendidikan seumur hidup. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan
masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di
Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang
baik, sebab pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.
Pendidikan
seumur hidup disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan
pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia,
dalam arti belajar tidak ada putus-putusnya. Melalui proses belajar sepanjang
hayat inilah, manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus
menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan
masyarakat yang diakibatkannya, dan budaya untuk menghadapi tantangan masa
depan serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.
Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49): [2]
1. Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat
2. Memiliki
pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah
3. Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua
level
4. Menyambut baik perubahan
5. Percaya bahwa tantangan sepanjang
hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.
• Urgensi pendidikan sepanjang hayat (Drs. H, Rfuad. Ihsan 1996:44-45):[3]
1. Aspek
ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan”
akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang
untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber
yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang menyenangkan-sehat, dan memiliki
motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga pendidikan keluarga
menjadi penting.
2. Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak
orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya,
ada yang putus sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan
seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena
tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada
seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga
negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat
menyadari pentingnya hak-hak pada negara demokrasi.
3. Aspek
teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana,
teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan
pedagogis, sejalan dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan,
tidak mungkin lagi dapat diajarkan seluruhnya di sekolah.
Tugas pendidikan sekolah hanya
mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi
yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup, memberikan keterampilan
secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi. Untuk menerapkan pendidikan
seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.
2.2 Perubahan
Pandangan Pendidikan Ke Arah Pendidikan Sepanjang Hayat
Terjadinya
suatu perubahan pandangan pendidikan ke arah Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH), karena: [4]
-
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat dilandasi alasan
bahwa:
a. Semakin banyaknya keluaran dari system persekolahan
(sistem pendidikan formal) yang ingin melanjutkan
pendidikan.
b. Cepatnya perkembangan pengetahuan baru
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masa.
-
Pendidikan Sepanjang Masa dipandang sebagai hal yang
melatar belakangi kebutuhan sistem pendidikan secara keseluruhan yang dapat
merespon kebutuhan dan tujuan dasar bidang social ekonomi, politik atau
kebudayaan.
-
Banyaknya hasil penelitian tentang sekolah yang antara
lain menyatakan “Bahwa sistem pendidikan dewasa ini tidak sesuai sebagaimana
yang diharapkan”.
-
Peningkatan kuantitas dan kualitas sekolah tidak
membantu memecahkan pemenuhan kebutuhan hidup dan perbaikan sistem sekolah
hanya menguntungkan mereka yang sudah mendapat kesempatan sekolah, sedang di
luarnya masih banyak berjuta-juta anak yang menunggu kesempatan ini.
-
Keterbatasan sistem persekolahan yang telah
mempaketkan atau membakukan sehingga para siswa menerima pengetahuan dengan
keahlian yang telah terpilihkan dan dengan resiko dapat digunakan/tidak setelah
akhir studinya. Di sisi lain sistem persekolahan, mengharuskan siswa berada di
dalam bentuk menyeluruh dan keahlian yang sejenis sehingga terasing dari
pengetahuan dan keahlian lain.
2.3 Konsep/Teori Pendidikan
Sepanjang Hayat
Konsep/Teori Pendidikan/Belajar Sepanjang
Hayat sehingga berbeda dengan dimensi pendidikan sekolah adalah sebagai berikut:
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas
bahwa pendidikan merupakan suatu proses kontinyu, yang bermula sejak seseorang
dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini tidak hanya terbatas
pada bangku sekolah, tetapi juga mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal
baik yang berlangsung dalam keluarga, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan
masyarakat. Inilah yang membedakan konsep Pendidikan Seumur Hidup sehingga
berbeda dengan pendidikan sekolah. [5]
-
Implikasi bagi pengembangan pendidikan sekolah dan
pendidikan di masyarakat adalah sebagai berikut: Implikasi diartikan sebagai
akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan, tentang pelaksanaan
pendidikan seumur hidup.
-
Penerapan asas Pendidikan Seumur Hidup pada isi
Program Pendidikan Sekolah, mencakup mutu pendidikan yang hanya terwujud jika
proses pendidikan di sekolah benar-benar menjadikan siswa belajar dan belajar
sebanyak mungkin. Mutu pendidikan harus dilihat dari meningkatnya kemampuan
belajar siswa secara mandiri. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu
dihidupkan dalam proses pengembangan pendidikan sekolah (belajar mengajar),
yakni:
- Perkembangan
peserta didik : salah satu nilai mendasar dalam menumbuhkan perkembangan diri
anak adalah rasa kepercayaan diri. Dalam kerangka ini fungsi guru adalah
membantu anak untuk mengetahui sesuatu yang ada dalam dirinya.
- Kemandirian anak : kemampuan anak untuk
menentukan diri, pendapat maupun
penilaian atas diri dan realitas social harus dihargai.
-
Vitalitas model hubungan demokrasi : artinya yang diberlakukan dala proses
belajar mengajar bukan sikap otoriter, yang menempatkan guru sebagai lawan dari
guru, melainkan sikap partisipatif dan kooperatif.
- Vitalisasi
jiwa eksploratif : dalam kerangka ini, jiwa eksploratif sangatlah penting
mendapat ruang gerak. Daya kritis anak, semangat mencari, menyelidiki dan
meneliti perlu ditumbuhkan. Hal inilah sebagai basis bagi lahirnya kreativitas.
-
Kebebasan : ada dua hal mengapa kebebasan diperlukan, pertama :
kebebasan merupakan hak asasi manusia yang mendasar, artinya hak untuk bicara,
berkreasi merupakan bagian dari hak asasi manusia. Kedua : kebebasan merupakan syarat
untuk perkembangan. Anak-anak yang selalu dikekang dengan sikap otoriter tidak
mungkin akan bisa berkembang secara kritis, apalagi mampu berkreasi, selain
memiliki ketergantungan yang mutlak.
-
Menghidupkan pengalaman anak : pengalaman anak harus diperhatikan karena anak
didik akan lebih tertarik dan mengikutkan hatinya dalam kegiatan belajar kalau
apa yang diterimanya terkait dengan dunia nyata.
- Keseimbangan
pengembangan aspek personal dan sosial : keseimbangan individualitas dan social
akan melatih peserta didik untuk mampu bekerjasama dalam masyarakat, dan anak
akan lebih terlatih untuk membiasakan diri hidup dalam kompetisii yang sehat
dengan semangat solider dan saling menghargai.
- Kecerdasan
emosional dan spiritual : kecerdasan anak perlu ditumbuh kembangkan dalam
pembelajaran. Ini justru sangat penting karena kecerdasan emosi memungkinkan
peserta didik mampu menumbuhkan sikap empati dan kepedulian, kejujuran,
tenggang rasa, pengertian dan integritas diri serta keterampilan sosial yang
merupakan landasan bagi tumbuhnya kesadaran moral anak.
- Penerapan asas Pendidikan Seumur Hidup pada
isi program pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan
bervariasi, sebagaimana yang dikutip oleh Soelaiman Joesoef-Slamet Santoso dari
W.P Guruge dalam bukunya Toward Better Educational Management dikelempokkan
menjadi beberapa kategori sbb: (1) Pendidikan Baca Tulis Fungsional; (2)
Pendidikan Vokasional (3) Pendidikan Professional (4) Pendidikan ke arah
Perubahan dan Pembangunan (5) Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik
(6) Pendidikan Kultur dan Pengisian Waktu Senggang. Sasarannya bisa mencakup:
para buruh dan petani, golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya,
para pekerja yang berketerampilan, golongan teknisi dan professional.
2.4 Alam dan Sunnatuallah dalam
implementasi pendidikan sepanjang hayat[6]
Alam memberikan banyak pelajaran bagi kita, termasuk bagi peserta
didik. Lihatlah, banyak sekolah yang mengajak peserta didik berbondong-bondong
terjun ke alam. Ada yang sungai, ke kebun buah, hutan buatan, melihat padi,
lebah dan lain sebagainya. Banyak orang tua yang juga mengajarkan hal ini pada
buah hatinya.
Amatilah
padi yang masih muda dan yang agak kuning. Apa perbedaan yang amat nyata?
Padi yang kuning pasti merunduk karena telah berisi beras. Tanamkan pada para
pendidik, bahwa mereka harus mencontoh padi. Semakin dia pintar, haruslah
semakin rendah hati, tidak sombong. Anak yang rendah hati pastilah disegani oleh
banyak orang. Jadi, jika anak kita berprestasi, ajarilah agar dia tidak
mengobral prestasi dan popularitasnya, namun tidak pula menyembunyikannya untuk
diri sendiri.
Sebagai
bahan makanan pokok, padi sangat berguna bagi banyak orang. Dia mengenyangkan
orang lapar. Dia pemberi tenaga bagi orang-orang untuk dapat beraktivitas. Jadikan
anak kita seperti padi, menjadi orang yang berguna bagi banyak orang. Dia harus
siap sedia menularkan ilmu pada orang lain, membantu orang-orang yang kesusahan
dan membutuhkan pertolongan. Ajari anak untuk mengenyangkan teman-temannya yang
lapar ilmu dan lapar bantuan. Jadikan juga anak kita menjadi anak yang tidak
mudah menghina teman-teman yang lebih tidak beruntung dalam hal apa pun, namun
harus sigap membantunya. Bimbing anak agar dia mampu menjadi pemberi tenaga
pada teman atau orang lain dan harus menjadi pemotivasi sesama untuk bergerak
aktif.
Tanaman padi
juga bisa hidup di mana saja, di sawah, ladang, atau perbukitan. Ketika padi
tumbuh di sawah, tentu saja kondisinya lebih enak, karena pengairan relatif
mudah didapat. Namun di daerah yang airnya sulit, seperti di ladang atau
perbukitan, padi mau tak mau harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk
daerah yang sulit ini, dia hanya bisa ditanam saat musim hujan saja, itu pun
tidak dengan air yang menggenang. Anak-anak juga harus demikian, dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Dia harus tahan banting dan
pintar beradaptasi. Di tempat yang tidak mengenakkan pun, dia harus bisa
bertahan dan memberikan manfaat bagi orang-orang sekitarnya.
Kita juga bisa mengajari kepada peserta didik
bagaimana agar kita bisa belajar dari ilmu alam yang ada di sekitar kita.
Contoh lain seperti Semut dan Lebah . Semut tubuh mungil yang bersahaja
tapi berjiwa besar dan lebah yang pintar serta ulet
dalam bekerja adalah komunitas serangga yang memiliki karakteristik berbeda
namun di sisi lain memiliki persamaan. Karena kehidupan semut dan lebah begitu
banyak pelajaran (ibrah) yang dapat dipetik, Allah mengabadikan nama mereka
dalam kitab suci Al-Qur’an menjadi nama surat, An-Naml (semut) surat ke 27 dan
An-Nahl (lebah) surat ke 16. Kedua
serangga tersebut hidup dalam sebuah komunitas yang memiliki struktur
organisasi yang rapih. Memiliki pemimpin yang dikenal dengan sebutan
“Ratu Semut” dan “Ratu Lebah”. Dalam struktur organisasinya, mereka membentuk
divisi-divisi yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda.
Bidang
Pertahanan dan Keamanan bertugas mengamankan dan mempertahankan komunitas
masyarakatnya dari ancaman yang datang dari luar. Bagian Pengadaan Pangan
bertugas mengumpulkan bahan pangan untuk stok persediaan pangan yang disimpan
dalam gudang logistik yang disediakan khusus. Begitu juga Bidang Konstruksi
yang bertugas merancang bangunan gedung hunian yang layak, aman dan nyaman. Dan
bidang-bidang lainnya. Lebah selalu mencari rezeki yang bersih, hinggap di
pepohonan yang sedang berbunga untuk menghisap nektar dan diolah menjadi madu.
Sebagimana kita ketahui madu lebah sudah teruji secara medis adalah obat
berbagai penyakit, dan sangat banyak manfaatnya untuk manusia.
“Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah
dari tiap-tiap buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan.
Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Seseungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 68-69).
Ilmu
pengetahuan modern tentang cara hidup jenis serangga ini sangat unik. Lebah
adalah serangga kecil yang mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar
yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut memerlukan
perkiraan dan perancangan khusus. Sungguh mengagumkan bahwa kecerdasan dan
keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah.
Namun, yang
lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerjasama secara teratur dan terancang
dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan pembagian
kerja mereka dengan sungguh-sungguh.
Kesukaran
terbesar dalam mengorganisasikan sekelompok orang untuk bekerja secara bersama
adalah penyiapan jadwal kerja serta pembahagian tugas dan tanggung jawab. Dalam
sebuah kilang, misalnya, terdapat struktur jabatan yang tersusun di mana para
pekerja melapor kepada penyelia, para penyelia melapor pada pengurus, para
pengurus melapor pada pengurus besar dan pengurus besar melapor kepada
Pengarah. Pengoperasian kilang yang berkesan memerlukan banyak tenaga kerja dan
dana, pembuatan rancangan jangka panjang dan pendek, serta pengumpulan data
statistik. Pengeluaran dilakukan berdasarkan perancangan pengeluaran yang telah
disiapkan sebelumnya, dan pengawasan kualiti dilakukan di setiap peringkat.
Setiap pengurus besar dan pengarah memperoleh pendidikan dan kemahiran khusus
dalam jangka waktu tertentu sebelum ditempatkan pada kedudukan masing-masing. Akan
tetapi, setelah segala syarat ini dipenuhi dan sistem organisasinya telah
terbentuk, hanya beberapa ratus tenaga kerja saja yang mampu bekerja dalam teamwork
secara harmoni. Demikianlah, pembentukan kerja sama di antara beberapa ratus
manusia cerdas dengan gagasan mereka masing-masing memerlukan perancangan yang
rumit dan kos mahal. Namun, puluhan ribu lebah mampu membina sistem organisasi
sempurna yang tak tertandingi oleh masyarakat manusia. Tidak seperti manusia,
lebah tidak mendapatkan pendidikan atau kemahiran apapun. Begitu lebah lahir,
ia dengan segera melaksanakan tugas yang dibebankan padanya.
Tidak
ada keraguan, tidaklah mungkin lebah itu sendiri yang melakukan perkiraan
berdasarkan kecerdasannya sendiri. Ini adalah bukti nyata bahwa setiap fase
dalam hidupnya, lebah tunduk pada hikmah dan kekuasaan Penciptanya. Lebah
menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan ilham yang diberikan oleh Pencipta
Yang Maha Kuasa. [7]
Dengan banyaknya ilmu yang berlimpah
di sekitar kita yang bisa kita ajarkan kepada para peserta didik tentang makna
yang terkandung pada Alam seperti lebah, semut, padi dan lain sebagainya, yang
bisa memberikan banyak makna tentang bagaimana ilmu yang di dapat pada
penerapan pendidikan pada alam.
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN KELOMPOK 5