Senin, 10 Juni 2013

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN KELOMPOK 1



BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pendidikan Islam terdapat tiga konsep dasar pendidikan Islam, yaitu Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah. Untuk lebih jelasnya ketiga konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
A. Ta’dib
            Kata ta’dib secara etimologis adalah bentuk masdar yang berasal dari kata “addaba”, yang artinya membuat makanan, melatih dengan akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik.[1][2]
            Menurut al-Naqaid, al-Attas, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.[2][3]
Dalam pengertian ta’dib di atas bahwasannya pendidikan dalam pespektif Islam adalah usaha agar orang mengenali dan mengetahui sesuatu sistem pengajaran tertentu. Seperti halnya dengan cara mengajar, dengan mengajar tersebut individu mampu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, misalnya seorang pendidik memberikan teladan atau contoh yang baik agar ditiru, memberikan pujian, dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan, dengan adanya konsep ta’dib tersebut maka terbentuklah seorang Individu yang muslim dan berakhlak. Pendidikan ini dalam sistem pendidikan dinilai sangat penting fungsinya, karena bagaimanapun sederhananya komunitas suatu masyarakat pasti membutuhkan atau memerlukan pendidikan ini terutama dalam pendidikan akhlak. Dari usaha pembinaan dan pengembangan ini diharapkan manusia mampu berperan sebagai pengabdi Allah dengan ketaatan yang optimal dalam setiap aktivitas kehidupannya, sehingga terbentuk akhlak yang mulia yang dimiliki serta mampu memberi manfaat bagi kehidupan alam dan lingkungannya. Jadi terwujudlah sosok manusia yang beriman dan beramal shaleh.
            Dalam konsep ta’dib mengandung tiga unsur, yaitu : pengembangan iman, pengambangan ilmu, pengembangan amal.[3][4] Hubungan antara ketiga sangat penting karena untuk tujuan pendidikan juga. Iman merupakan suatu pengakuan terhadap apa yang diciptakan Allah di dunia ini yang direalisasikan dengan ilmu, dan konsekuensinya  adalah amal. Ilmu harus dilandasi dengan iman, dengan iman maka ilmu harus mampu membentuk amal karena ilmu itu harus diamalkan kepada orang yang belum mengetahuinya, dengan terealisasikannya unsur tersebut maka akan terwujudnya tujuan pendidikan.
            Dalam sosok pribadi manusia beriman dan beramal shaleh tersebut dapat digambarkan bahwa mereka memiliki jati diri sebagai pengabdi Allah, serta ikut dalam berkreasi dan berinovasi guna kepentingan kesejahteraan hidup bersama. Atas dasar keimanan, mampu memelihara hubungan dengan Allah dan antara dirinya dengan sesama makhluk Allah, sedangkan realisasi dan keimanan itu terlihat dari kemampuan untuk senantiasa berkreasi dan berinovasi yang bernilai bagi kehidupan bersama.
            Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata krama), terbagi atas empat macam :[4][5]
      1.            Ta’dib adalah al-haqq, pendidikan tata krama spiritual dalam kebenaran, yang di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran dan dengannya segala sesuatu diciptakan.
      2.            Ta’dib adab al-Khidmah, pendidikan tata krama spiritual dalam pengabdian.
      3.            Ta’dib adab al-Syari’ah, pendidikan tata krama yang tata caranya telah digariskan oleh Allah memalui wahyu.
      4.            Ta’dib adab al-shuhbah, pendidikan tata krama dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan saling tolong menolong.
B. Ta’lim
            Kata ta’lim berasal dari kata dasar “allama” yang berarti mengajar, mengetahui.[5][6] Pengajaran (ta’lim) lebih mengarah pada aspek kognitif, ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik.
            Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim dengan : “Proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu”.[6][7] Definisi ta’lim menurut Abdul Fattah Jalal, yaitu sebagai proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah, sehingga penyucian diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.[7][8] Mengacu pada definisi ini, ta’lim berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi “tidak tahu” ke posisi “tahu” seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78.
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
            Dari pengertian diatas, ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik, sebagai upaya untuk mengembangkan, mendorong dan mengajak manusia lebih maju dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan karena seseorang dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dibekali dengan berbagai potensi untuk mengembangkan keterampilannya tersebut agar dapat memahami ilmu serta memanfaatkannya dalam kehidupan.
            Pengajaran mencakup teoritis dan praktis sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan menjauhi kemadaratan. Pengajaran itu juga mencakup ilmu pengetahuan dan al-hikmah (bijaksana), misalnya guru matematika akan berusaha mengajarkan al-hikmah matematika, yaitu pengajaran nilai kepastian dan ketepatan dalam mengambil sikap dan tindakan dalam kehidupannya, yang dilandasi oleh pertimbangan yang rasional dan perhitungan yang matang.
C. Tarbiyah
            Dalam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebakaan, yaitu :[8][9]
      1.            Rabba, yarbu : yang memiliki makna tumbuh, bertambah, berkembang.
      2.            Rabbi, yarba, : yang memiliki makna tumbuh dan menjadi besar atau dewasa.
      3.            Rabba, yarubbu, : yang memiliki makna memperbaiki, mengatur, mengurus dan mendidik, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.
Menurut Musthafa Al-Ghalayani, at-tarbiyah adalah penanaman etika yang mulia pada anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasihat, sehingga ia memiliki potensi dan kompetensi jiwa yang mantap, yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah airnya.[9][10]
Tarbiyah (pendidikan) merupakan transformasi pengetahuan dari satu generasi kegenerasi, atau dari orang tua kepada anaknya. Transformasi pengetahuan ini dilakukan dengan penuh keseriusan agar peserta didik memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur. Dengan terbentuknya individu seperti itu maka suatu pendidikan dapat terealisasikan tujuannya.
            Dalam pendidikan (tarbiyah) ini mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotorik, ketiga ranah tersebut harus dimiliki peserta didik, agar apa yang jadi visi misi lembaga institusi tertentu bisa terwujud tujuan pendidikannya, untuk itu maka pendidik dalam mendidik harus memiliki rasa keseriusan, keikhlasan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Agar peserta didik menjadi sosok yang diharapkan dan bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga masyarakat.
            Musthafa al-Maraghi membagi aktivitas al-tarbiyah menjadi dua macam:[10][11]
      1.            Tarbiyah khalaqiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan perumbuhan jasmani manusia, agar dapat dijadikan sebagai sarana dalam pengembangan rohaninya.
      2.            Tarbiyah diniyah tahdzibiyyah, pendidikan yang terkait dengan pembinaan dan pengembangan akhlak dan agama manusia.
Dalam pengertian tarbiyah ini menunjukkan bahwa pendidikan islam tidak sekedar menitik beratkan pada kebutuhan jasmani, tetapi diperlukan juga pengembangan kebutuhan psikis, sosial, etika dan agama untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam yang dilakukan harus mencakup proses transformasi kebudayaan, nilai dan ilmu pengetahuan dan aktualisasi terhadap seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik, agar mencetak peserta didik ke arah insan kamil, yaitu insan sempurna yang tahu dan sadar akan diri dan lingkungan.



0 komentar:

Posting Komentar