BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pendidikan Islam terdapat tiga konsep dasar pendidikan Islam, yaitu
Ta’dib, Ta’lim dan Tarbiyah. Untuk lebih jelasnya ketiga konsep tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :
A. Ta’dib
Kata ta’dib secara
etimologis adalah bentuk masdar yang berasal dari kata “addaba”, yang artinya
membuat makanan, melatih dengan akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara
pelaksanaan sesuatu yang baik.[1][2]
Menurut al-Naqaid,
al-Attas, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.[2][3]
Dalam pengertian ta’dib di atas bahwasannya pendidikan dalam pespektif
Islam adalah usaha agar orang mengenali dan mengetahui sesuatu sistem
pengajaran tertentu. Seperti halnya dengan cara mengajar, dengan mengajar
tersebut individu mampu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya,
misalnya seorang pendidik memberikan teladan atau contoh yang baik agar ditiru,
memberikan pujian, dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan, dengan adanya
konsep ta’dib tersebut maka terbentuklah seorang Individu yang muslim dan
berakhlak. Pendidikan ini dalam sistem pendidikan dinilai sangat penting
fungsinya, karena bagaimanapun sederhananya komunitas suatu masyarakat pasti
membutuhkan atau memerlukan pendidikan ini terutama dalam pendidikan akhlak.
Dari usaha pembinaan dan pengembangan ini diharapkan manusia mampu berperan
sebagai pengabdi Allah dengan ketaatan yang optimal dalam setiap aktivitas
kehidupannya, sehingga terbentuk akhlak yang mulia yang dimiliki serta mampu
memberi manfaat bagi kehidupan alam dan lingkungannya. Jadi terwujudlah sosok
manusia yang beriman dan beramal shaleh.
Dalam konsep ta’dib
mengandung tiga unsur, yaitu : pengembangan iman, pengambangan ilmu,
pengembangan amal.[3][4] Hubungan antara ketiga
sangat penting karena untuk tujuan pendidikan juga. Iman merupakan suatu
pengakuan terhadap apa yang diciptakan Allah di dunia ini yang direalisasikan
dengan ilmu, dan konsekuensinya adalah
amal. Ilmu harus dilandasi dengan iman, dengan iman maka ilmu harus mampu
membentuk amal karena ilmu itu harus diamalkan kepada orang yang belum
mengetahuinya, dengan terealisasikannya unsur tersebut maka akan terwujudnya
tujuan pendidikan.
Dalam sosok pribadi
manusia beriman dan beramal shaleh tersebut dapat digambarkan bahwa mereka
memiliki jati diri sebagai pengabdi Allah, serta ikut dalam berkreasi dan
berinovasi guna kepentingan kesejahteraan hidup bersama. Atas dasar keimanan,
mampu memelihara hubungan dengan Allah dan antara dirinya dengan sesama makhluk
Allah, sedangkan realisasi dan keimanan itu terlihat dari kemampuan untuk
senantiasa berkreasi dan berinovasi yang bernilai bagi kehidupan bersama.
1.
Ta’dib adalah al-haqq, pendidikan tata krama spiritual dalam kebenaran,
yang di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran dan dengannya segala
sesuatu diciptakan.
2.
Ta’dib adab al-Khidmah, pendidikan tata krama spiritual dalam pengabdian.
3.
Ta’dib adab al-Syari’ah, pendidikan tata krama yang tata caranya telah
digariskan oleh Allah memalui wahyu.
4.
Ta’dib adab al-shuhbah, pendidikan tata krama dalam persahabatan, berupa
saling menghormati dan saling tolong menolong.
B. Ta’lim
Kata ta’lim berasal dari kata dasar “allama” yang berarti mengajar,
mengetahui.[5][6] Pengajaran (ta’lim)
lebih mengarah pada aspek kognitif, ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku
yang baik.
Muhammad Rasyid Ridha
mengartikan ta’lim dengan : “Proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu”.[6][7] Definisi ta’lim
menurut Abdul Fattah Jalal, yaitu sebagai proses pemberian pengetahuan,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah, sehingga penyucian
diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima
al-hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak
diketahuinya.[7][8] Mengacu pada definisi
ini, ta’lim berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir
hingga mati untuk menuju dari posisi “tidak tahu” ke posisi “tahu” seperti yang
digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78.
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.
Dari pengertian diatas,
ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik, sebagai upaya untuk
mengembangkan, mendorong dan mengajak manusia lebih maju dan kehidupan yang
mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan akal, perasaan maupun perbuatan karena seseorang dilahirkan dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dibekali dengan berbagai
potensi untuk mengembangkan keterampilannya tersebut agar dapat memahami ilmu
serta memanfaatkannya dalam kehidupan.
Pengajaran mencakup
teoritis dan praktis sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan menjauhi
kemadaratan. Pengajaran itu juga mencakup ilmu pengetahuan dan al-hikmah
(bijaksana), misalnya guru matematika akan berusaha mengajarkan al-hikmah
matematika, yaitu pengajaran nilai kepastian dan ketepatan dalam mengambil
sikap dan tindakan dalam kehidupannya, yang dilandasi oleh pertimbangan yang
rasional dan perhitungan yang matang.
C. Tarbiyah
1.
Rabba, yarbu : yang memiliki makna tumbuh, bertambah, berkembang.
2.
Rabbi, yarba, : yang memiliki makna tumbuh dan menjadi besar atau dewasa.
3.
Rabba, yarubbu, : yang memiliki makna memperbaiki, mengatur, mengurus dan
mendidik, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.
Menurut Musthafa Al-Ghalayani, at-tarbiyah adalah penanaman etika yang
mulia pada anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasihat,
sehingga ia memiliki potensi dan kompetensi jiwa yang mantap, yang dapat
membuahkan sifat-sifat bijak, baik cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah
airnya.[9][10]
Tarbiyah (pendidikan) merupakan transformasi pengetahuan dari satu generasi
kegenerasi, atau dari orang tua kepada anaknya. Transformasi pengetahuan ini
dilakukan dengan penuh keseriusan agar peserta didik memiliki sikap dan
semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga
terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur. Dengan
terbentuknya individu seperti itu maka suatu pendidikan dapat terealisasikan
tujuannya.
Dalam pendidikan
(tarbiyah) ini mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotorik, ketiga ranah
tersebut harus dimiliki peserta didik, agar apa yang jadi visi misi lembaga
institusi tertentu bisa terwujud tujuan pendidikannya, untuk itu maka pendidik
dalam mendidik harus memiliki rasa keseriusan, keikhlasan dalam menjalankan
tugas-tugasnya. Agar peserta didik menjadi sosok yang diharapkan dan bisa
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga masyarakat.
1.
Tarbiyah khalaqiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan perumbuhan
jasmani manusia, agar dapat dijadikan sebagai sarana dalam pengembangan
rohaninya.
2.
Tarbiyah diniyah tahdzibiyyah, pendidikan yang terkait dengan pembinaan dan
pengembangan akhlak dan agama manusia.
Dalam pengertian tarbiyah ini menunjukkan bahwa pendidikan islam tidak
sekedar menitik beratkan pada kebutuhan jasmani, tetapi diperlukan juga
pengembangan kebutuhan psikis, sosial, etika dan agama untuk kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam yang dilakukan harus mencakup proses transformasi
kebudayaan, nilai dan ilmu pengetahuan dan aktualisasi terhadap seluruh potensi
yang dimiliki oleh peserta didik, agar mencetak peserta didik ke arah insan
kamil, yaitu insan sempurna yang tahu dan sadar akan diri dan lingkungan.
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN KELOMPOK 1