BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan sumber Daya Manusia
Jenjang Pendidikan Menengah Atas Terhadap Kurikulum
Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah suatu
proses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua penduduk
suatu masyarakat (M.M. Papayungan, 1995: 109). Sementara itu Payaman J.
Simanjuntak berpendapat bahwa: “Sumber Daya Manusia mengandung dua pengertian:
Pertama, Sumber Daya Manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang
dan jasa.
Sedangkan
pengertian kedua dari Sumber Daya Manusia adalah menyangkut manusia yang
mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut (Payaman J.
Simanjuntak, 1985: 1). Selanjutnya Efendi berpendapat bahwa: “Pengembangan
sumber daya manusia sebagai upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya
pada penduduk untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembangunan(Efendi,1994:12).
”Dari
beberapa pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia di atas dapat disimpulkan
bahwa pengembangan sumber daya manusia di Indonesia khususnya, sangat terkait
erat dengan kualitas manusia atau masyarakat sebagaimana sasaran utama
Pembangunan Nasional yaitu menciptakan manusia dan masyarakat yang berkualitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kemajuan pembangunan suatu
bangsa, namun demikian masih banyak tantangan yang menjadi kendala perkembangan
selanjutnya. [1]
1) Masih
rendahnya tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang ditandai oleh besarnya
jumlah dan tingkat pengangguran sehingga resiko ketergantungan semakin tinggi.
2) Mutu
produktivitas sumber daya manusia secara relatif masih harus banyak
ditingkatkan terutama untuk menghadapi perubahan ekonomi dan perkembangan
teknologi yang semakin cepat.
Di sisi lain
pembangunan juga akan membawa dampak negatif terhadap kualitas masyarakat
apabila tidak memperhatikan atau mempertimbangkan manusia dalam proses
pembangunan, yaitu dapat menurunkan kualitas masyarakat. Karenanya perlu ada
pertimbangan dari berbagai sisi dalam pembangunan yang akan dilaksanakan
terutama sisi sosial, spiritual terhadap kesiapan dan daya tanggap sumber daya
manusia dengan perubahan yang terjadi akibat pembangunan dan modernisasi.
2.2 Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Menengah Atas
Dalam tesis ini yang akan didefinisikan adalah pengembangan kurikulum
Pendidikan Secara etimologis kata pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2003 : 538), berasal dari kata dasar “kembang” yang artinya “maju”,
dan jika mendapat awalan –ber menjadi berkembang yang artinya mekar terbuka,
membentang atau membesar. Dengan mendapat awalan–pe dan akhiran–an, maka
berarti proses atau cara pembuatan mengembangkan atau biasa juga diartikan
sebagai proses kegiatan bersama yang dilakukan penghuni suatu daerah untuk
memenuhi kebutuhannya. Berbagai pengertian yang sering dikaitkan oleh
masyarakat mengenai pengertian pengembangan ini adalah pengertian Development (Pembangunan), Progress (Kemajuan), Growth(Pertumbuhan), Maturation (Pendewasaan), Modernisasi (Pembaharuan)
dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini,
penulis memiliki kecenderungan untuk memilih definisi pengembangan sebagai
suatu kemajuan. Segala upaya yang telah dilakukan dalam upaya pengembangan
kurikulum tingat satuan pendidikan mata pelajaran Pendidikan Islam adalah untuk
mendapatkan kemajuan dalam pendidikan.[2]
Dalam penelitian
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran Pendidikan di
SMA ini, penulis mencoba untuk mengamati proses pengembangan kurikulum
yang telah dilakukan oleh pihak sekolah yang meliputi:
a. Menganalisis, dan mengembangkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Standar Isi (SI).
b. Merumuskan visi dan misi serta tujuan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
c. Berdasarkan SKL, standar isi, Visi,
dan misi, serta tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan di atas selanjutnya dikembangkan
bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan
tersebut.
d. Mengembangkan
dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan (guru dan non guru) sesuai
dengan kualifikasi yang diperlukan dengan berpedoman pada standar tenaga
kependidikan yang ditetapkan BSNP.
e. Mengidentifikasi fasilitas
pembelajaran yang diperlukan untuk memberi kemudahan belajar, sesuai dengan
standar sarana dan prasarana pendidikan yang ditetapkan BSNP (Mulyasa, 2006 :
149).
Penelitian
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran Pendidikan di
SMA ini akan mencoba mengidentifikasi pengembangan kurikulum yang meliputi,
pengembangan silabus, pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
pengembangan evaluasi belajar. Ada 5 langkah pengembangan kurikulum dalam model
Taba yang di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan unit eksperimen bersama
guru-guru. Di dalam unit eksperimen ini diadakan kajian yang seksama tentang
hubungan antara teori dan praktek. Ada 8 langkah dalam kegiatan unit
eksperimen:
1) Mendiagnosis kebutuhan,
2) Merumuskan tujuan-tujuan khusus,
3) Memilih isi,
4) Mengorganisasi isi,
5) Memilih pengalaman belajar,
6) Mengorganisasi pengalaman belajar,
7) Mengevaluasi,
8) Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba,
1962 : 347-379).
Menilik pada pengertian teori kurikulum. Nana Saodih menjelaskan bahwa
teori kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna
terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena ada penegasan
hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan,
penggunaan dan evaluasi kurikulum (Taba, 1962 : 27). Sesuai dengan teori
kurikulum, ada dua jenis kurikulum yaitu Formal Curriculum dan Hidden
curriculum. Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini
memiliki spesifikasi pada kurikulum formal yang ada di sekolah.
Sebagaimana telah diterangkan di atas bahwa selain kurikulum formal
juga ada kurikulum tersembunyi atauHidden Curriculum. Kurikulum
formal adalah kurikulum yang mencakup semua materi pelajaran yang
diberikan di sekolah termasuk di dalamnya adalah muatan lokal yang notabene
memiliki ciri khas daerah masing-masing di mana proses pendidikan itu
dilaksanakan. Hidden Curriculum adalah kurikulum yang dapat
menunjukkan pada suatu hubungan sekolah, yang meliputi interaksi guru, peserta
didik, struktur kelas, keseluruhan pola organisasional peserta didik sebagai
mikrokosmos sistem nilai sosial (Bellack dan Kliebard, 1993 : 26). Hidden
Curriculum merupakan kurikulum yang tidak direncanakan, tetapi
keberadaan Hidden Curriculum juga memiliki kontribusi yang
signifikan dalam proses pendidikan.
Pengembangan kurikulum di tiap satuan pendidikan merupakan hal yang urgen.
Dengan adanya pengembangan kurikulum, kualitas pendidikan dan sumber daya
manusia di tiap satuan pendidikan akan lebih baik, karena pengembangan
kurikulum ini memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ini lebih
memberikan Full authority and responsibility pada
sekolah dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi
dan tujuan satuan pendidikan dari tanggung jawab dan otoritas yang dilimpahkan
pada pihak sekolah inilah maka sudah menjadi konsekuensi logis bagi para guru
untuk lebih profesional dalam mewujudkan proses pengajaran yang efektif agar
pengajaran dapat berlangsung secara efektif, maka guru harus menciptakan proses
pengajaran dalam suasana pembelajaran dan pengajaran yang baik (Surya, 2004 :
77).
Proses pengajaran yang efektif dapat
terbentuk melalui pengajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Berpusat pada Siswa (Student Center)
Keberhasilan proses pembelajaran dan pengajaran terletak dalam perwujudan
diri siswa sebagai pribadi mandiri, pelajar efektif dan pekerja produktif. Dari
dasar inilah maka sudah sepatutnya seorang guru memberikan perhatiannya kepada
siswa sehingga siswa dapat berkembang dengan baik.
2.
Interaksi Edukatif antara Guru dengan Siswa
Rasa saling memahami
antara guru dan siswa akan terpupuk subur dengan adanya interaksi edukatif yang
harmonis antara guru dengan siswa. Sehingga membangun interaksi edukatif yang
harmonis antara guru dengan siswa merupakan kewajiban yang harus dilakukan,
yang dalam hal ini tentunya seorang guru dituntut untuk lebih aktif.
3.
Suasana Demokratis
Suasana demokratis
dapat diwujudkan dalam kelas dengan memberikan penghargaan kepada semua
pihak sesuai dengan prestasi dan potensinya, sehingga dengan adanya penghargaan
ini akan memupuk rasa percaya diri pada siswa dan selanjutnya siswa dapat
berinovasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.
4.
Variasi Metode Mengajar
Variasi metode
mengajar yang dilakukan oleh guru hendaknya disesuaikan dengan tujuan
pencapaian materi pelajaran dan tidak hanya monoton pada satu metode sehingga
suasana pengajaran tidak jadi membosankan bagi siswa dalam hal ini guru
dituntut untuk lebih kreatif.
5.
Guru Profesional
Menurut Usman (2006 :
15), proses pengajaran yang efektif akan dicapai apabila dilakukan oleh seorang
guru yang profesional. Ada beberapa persyaratan seorang guru dikatakan
profesional:
1.
Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang komprehensif.
2.
Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
keguruan.
3.
Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4.
Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan atau
pengajaran yang dilakukan.
5.
Memungkinkan perkembangan pendidikan sejalan dengan dinamika kehidupan
6.
Memiliki kode etik keguruan
7.
Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.
8.
Bahan yang Sesuai dan Bermanfaat
Bahan pelajaran yang diajarkan adalah
bersumber dari kurikulum yang telah ditetapkan secara baku. Dalam Suparman
(2001 : 8), kurikulum yang telah ditetapkan pun harus dikembangkan untuk
mengantisipasi keadaan-keadaan berikut:
1.
Merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.
Merespon perubahan sosial kemasyarakatan di luar sistem pendidikan
3.
Memenuhi kebutuhan peserta didik
4.
Merespon kemajuan-kemajuan dalam pendidikan
5.
Merespon terhadap perubahan sistem pendidikan itu sendiri.
Dengan adanya beberapa pertimbangan di
atas diharapkan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa benar-benar sesuai
dan bermanfaat.
Dalam upaya pengembangan kurikulum ini, lembaga pendidikan SMA telah
membentuk tim pengembang kurikulum yang berada di bawah tanggung jawab kepala
sekolah. Mengenai upaya pengembangan kurikulum di SMA ini, menurut sumber berpendapat
bahwa; ”Berbicara masalah pengembangan KTSP
erat kaitannya dengan mutu pendidikan, karena segala upaya pengembangan
kurikulum yang dilakukan pada suatu lembaga pendidikan adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan di lembaga tersebut.”
Sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
pengembangan kurikulum. Tim pengembang kurikulum ini memiliki tugas untuk
menyusun KTSP, mengembangkan KTSP, merintis kelas berstandar internasional dan
pengembangan yang lain yang menunjang peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
Dalam upaya
pengembangan kurikulum, dan pengembangan sumber daya manusia, pihak sekolah
juga menjalin kerjasama dengan lembaga terkait sebagai faktor penunjang dalam
upaya pengembangan kurikulum. Seperti halnya saat ini pihak sekolah sedang
menjalin kerjasama dengan lembaga bantuan belajar dalam rangka memacu
keterampilan siswa dalam berbahasa Inggris dan juga bekerjasama dengan
e-learning untuk mempermudah siswa dalam menguasai dunia informasi
melalui internet.”
Pada hakikatnya sumber daya manusia tidak hanya
penting diperhatikan masalah keahlian sebagai mana yang telah umum dipahami dan
diterima, tetapi juga penting diperhatikan masalah etika atau akhlak dan
keimanan-keimanan pribadi-pribadi yang bersangkutan. Jadi, sebagaimana benar
bahwa SDM yang bermutu ialah yang mempunyai tingkat keahlian tinggi, juga yang
tak kurang benarnya adalah bahwa SDM tidak akan mencapai tingkat yang
diharapkan jika tidak memiliki pandangan dan tingkah laku etis dan moral yang
tinggi berdasarkan keimanan yang teguh.Sumber daya manusia banyak, tetapi tanpa
kualitas atau dengan kualitas rendah, merupakan beban. Untuk itu perlu
diupayakan pengembangan sumber daya manusia yang ada ini.
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN KELOMPOK 10